Sabtu 17 Dec 2022 09:35 WIB

Diet DNA Lebih Efektif Dibandingkan Diet Golongan Darah, Ini Alasannya

Dokter menyebut terapi diet harus berbasis bukti sains.

Diet DNA dinilai lebih efektif dibandingkan diet golongan darah. (ilustrasi)
Foto: The Blue Diamond Gallery
Diet DNA dinilai lebih efektif dibandingkan diet golongan darah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diet sesuai DNA dinilai lebih efektif dibandingkan sesuai golongan darah. Pasalnya, terapi diet harus berbasis bukti. 

"Pastinya diet sesuai DNA karena kami memberikan advice ke pasien, terapi diet pasti harus evidence based, berbasis bukti sains, penelitiannya harus ada," kata Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik DKI Jakarta (PDGKI-Jaya) dr Ida Gunawan saat ditemui wartawan di Jakarta, Jumat (16/12/2022).

Baca Juga

Menurut Ida, saat seseorang menjalani diet sesuai golongan darah, dokter kebanyakan memberikan anjuran berdasarkan laporan keluhan yang dialami pasien. "Jadi dokter mencatat apa keluhannya? Golongan darahnya apa? Misalnya A. Makanan yang dikonsumsi apa? Misalnya banyak daging dan segala macam. Data itu dicatat sama dokter," jelas Ida.

Kemudian, dokter mulai menghitung dengan melakukan uji statistik dan akhirnya mendapatkan bahwa orang dengan golongan darah A sebaiknya mengonsumsi lebih banyak daging. Ida mengatakan, evidence based memiliki tingkatan-tingkatan. Beberapa yang paling baik di antaranya randomize dan clinical control study. Sedangkan case report berada di urutan paling bawah.

"Jadi kalau case report, itu evidence based-nya paling bawah. Kalau bicara mengenai penelitian berbasis bukti, cari dong yang (peringkatnya) A, kenapa harus cari yang B," kata Ida.

Agar dapat mengetahui diet yang terbaik sesuai DNA, perlu dilakukan tes nutrigenomik, salah satunya dengan Nutrigenme Life yang baru diluncurkan oleh Kalbe yang hasilnya dituangkan dalam bentuk laporan yang terdiri dari tiga kategori yakni diet, olahraga, dan metabolisme nutrisi. Untuk kategori diet, pasien akan melakukan pemeriksaan genetik yang fokus pada risiko obesitas dengan mengetahui profil genetik terhadap nutrisi-nutrisi, seperti gula dan karbohidrat, protein, serta lemak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement