Senin 07 Mar 2022 19:00 WIB

Gizi Makanan Sudah Cukup Agar tak Obesitas, Apa Masih Boleh Jajan?

Obesitas terjadi karena tingginya asupan makanan yang dikonsumsi.

Rep: Santi Sopia/ Red: Nora Azizah
Obesitas terjadi karena tingginya asupan makanan yang dikonsumsi.
Foto: Foxnews
Obesitas terjadi karena tingginya asupan makanan yang dikonsumsi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pola makan sehat dapat menghindari berbagai masalah kesehatan, termasuk obesitas. Obesitas merupakan suatu kondisi, di mana ada lebih banyak penumpukan lemak dan energi tersimpan dibandingkan yang dikeluarkan oleh tubuh.

P2PTM Kemenkes RI dr Esti Widiastuti MScPH mengatakan untuk mencegah kondisi ini, Kemenkes juga sudah mengatur pedoman Gizi seimbang melalui ISI Piringku. Pedoman ini merupakan pembaruan dari istilah empat sehat lima sempurna. 

Baca Juga

ISI Piringku menganjurkan porsi makan dalam satu piring yang terdiri dari 50 persen buah dan sayur, 50 persen sisanya karbohidrat serta protein. Kemenkes juga mengikuti acuan WHO terkait pembatasan Gula Garam Lemak (GGL).

“Pagi-pagi sudah minum teh (manis), lalu makan camilan, minuman kekinian, jadi harus diperhatikan,” kata Esti dalam acara ‘BeatObesity 2022 – Anak Muda Lawan Obesitas’ bersama Nutrifood, Senin (7/3/2022).

Lantas, apakah jika pola makan sudah memenuhi prinsip ISI Piringku, seseorang masih boleh mengonsumsi cemilan atau ‘jajan’? Esti menjawab bahwa sajian ISI Piringku sudah cukup untuk aktivitas biasa atau pada umumnya. 

Karena porsi itu mengandung nutrisi lengkap mulai dengan kalori dari karbohidrat dan protein. Lalu serat tinggi dari sayur dan buah.

Ada kondisi tertentu di mana aktivitas yang sangat banyak memerlukan tambahan asupan. Namun yang penting dari prinsip ISI Piringku adalah bertujuan agar tubuh tidak terlalu banyak menyimpan lemak dan energi sehingga menimbulkan berbagai penyakit tidak menular (PTM), ternasuk obesitas.

Energi yang masuk dan keluar dari tubuh harus seimbang. Makan boleh lebih banyak asalkan bertanggung jawab, diimbangi aktivitas fisik karena ada energi yang harus dikeluarkan. 

“Gimana kalau lapar? Bisa makanan sela (camilan), diusahakan kalori tidak terlalu banyak seperti sayur, buah, dan buah juga perlu dilihat kembali,” tambah Esti.

Selain itu, Esti juga meluruskan mitos terkait minum air putih lebih banyak untuk menyeimbangkan makan berlebih. Intinya, tetap perlu melihat pedoman Gizi Seimbanh, karena konsumsi apa pun yang berlebihan tetap konsekuensinya.

“Tetap sebaiknya ada batasan seperti referensi WHO gula empat sendok makan maksimal, garam satu sendok teh dan lemak lima sendok paling didapat dari menumis,” tambah Esti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement