Jumat 14 Jan 2022 07:35 WIB

Kekambuhan, Musuh Utama Penyintas Kanker Ovarium

Penyintas kanker ovarium harus kontrol tiga bulan sekali untuk deteksi kekambuhan.

Alat pendiagnosa kanker PET CT Scan. Penyintas kanker ovarium perlu menjalani sejumlah tes dan pencitraan, seperti CT-scan, MRI, dan lainnya untuk mengonfirmasi adanya kekambuhan atau tidak.
Foto:

Dr Brahmana mengatakan, kanker ovarium terbagi mulai stadium 1 hingga empat. Hanya saja, sebagian besar kasus baru terdiagnosis pada stadium lanjut, yakni 3 dan 4. Hal ini karena perubahan dari normal menjadi kanker tidak melalui tahapan sejelas pada kanker serviks.

"Pemeriksaan canggih apapun itu hanya menyatakan saat ini normal, tetapi terdeteksi dini misalnya benjolan jarang terjadi. Hal ini karena orang-orang tidak mengalami keluhan apapun. Haidnya normal, indung telur masih bisa berproduksi," kata dia.

Pasien umumnya baru datang saat perutnya sudah membesar, kembung, sesak karena ada cairan di paru-paru, dan mengalami gangguan buang air besar. Penderita kanker ovarium juga dapat merasakan nyeri perut bawah atau panggul, gangguan buang air kecil, dan nafsu makan berkurang.

"Paling tidak, empat gejala ini kita harus edukasi ke masyarakat, segera kontrol ke dokter kandungan atau umum dulu boleh," kata dr Brahmana.

Selain gejala yang bisa diwaspadai, terdapat sejumlah faktor risiko munculnya kanker ovarium. Termasuk di antaranya ialah pertambahan usia, angka kelahiran rendah atau orang tidak pernah hamil, riwayat kanker ovarium pada keluarga, gaya hidup buruk seperti kurang olahraga berujung obesitas, riwayat endometriosis, yakni terbentuknya jaringan darah haid di luar rahim dan mutasi genetik.

"Diagnosis pasti kanker dilakukan setelah pengambilan jaringan ovarium dan diperiksa oleh dokter spesialis patologi," jelas dr Brahmana.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement