Jumat 14 Jan 2022 07:35 WIB

Kekambuhan, Musuh Utama Penyintas Kanker Ovarium

Penyintas kanker ovarium harus kontrol tiga bulan sekali untuk deteksi kekambuhan.

Alat pendiagnosa kanker PET CT Scan. Penyintas kanker ovarium perlu menjalani sejumlah tes dan pencitraan, seperti CT-scan, MRI, dan lainnya untuk mengonfirmasi adanya kekambuhan atau tidak.
Foto: Antara/Reno Esnir
Alat pendiagnosa kanker PET CT Scan. Penyintas kanker ovarium perlu menjalani sejumlah tes dan pencitraan, seperti CT-scan, MRI, dan lainnya untuk mengonfirmasi adanya kekambuhan atau tidak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia (HOGI) Dr dr Brahmana Askandar SpOG(K)-Onk mengatakan, kekambuhan menjadi musuh utama pasien kanker ovarium. Kekambuhan juga mendatangkan tantangan usai masa pengobatan.

"Musuh utama kanker ovarium adalah kekambuhan, karena sebagian besar terdeteksi bukan dalam stadium dini," kata dr Brahmana dalam sebuah diskusi media secara daring, Kamis (13/1/2022).

Baca Juga

Dr Brahmana mengatakan, pada mereka yang terkena kanker pada stadium lanjut, tingkat kekambuhannya mencapai 80 persen meskipun sudah menjalani pengobatan. Penanganan kekambuhan nantinya berbeda antarpasien. Ada yang perlu menjalani kemoterapi, pembedahan terlebih dulu sebelum kemoterapi, atau bahkan terapi target.

"Kalau kambuh, penanganannya sangat variatif per orang. Ada yang dikemoterapi, ada yang dioperasi dulu baru kemoterapi, ada pula yang menjalani target terapi. Ditentukan dokter bersama tim," ujar dokter yang menjadi konsultan ginekologi onkologi di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga itu.

Oleh karena itu, menurut dr Brahmana, pasien kanker ovarium yang sudah selesai menjalani pengobatan perlu dipantau secara terus- menerus. Setidaknya, mereka perlu kontrol teratur ke dokter tiga bulan sekali untuk mendeteksi ada tidaknya keluhan, benjolan baru, dan lainnnya.

"Perlu dipantau terus-menerus, tidak bisa setelah operasi dan kemoterapi maka selesai," tutur dokter yang praktik di RS Dr Seotomo dan RS UNAIR Surabaya itu.

Saat melakukan kontrol ke dokter, penyintas kanker ovarium bisa menjalani sejumlah tes dan pencitraan, seperti CT-scan, MRI, dan lainnya untuk mengonfirmasi adanya kekambuhan atau tidak. Kanker ovarium dikatakan sebagai salah satu sillent killer karena tidak memiliki gejala khas yang dirasakan pasien pada stadium dini.

Kanker dapat berasal dari ovarium kanan atau kiri atau keduanya. Ovarium berukuran kecil, sekitar 2 cm. Akan tetapi, bila terjadi tumor atau kanker, maka ukurannya bisa menjadi 50 cm dan terkadang walau ukuran tidak besar tetapi menyebar ke organ lain, seperti paru-paru.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement