Rabu 24 Nov 2021 12:36 WIB

Vaksin Infeksi Saluran Kemih, Solusi Resistensi Antibiotik?

Vaksin diharapkan menjadi terobosan dalam pengobatan infeksi saluran kemih.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
 Bakteri mycoplasma penyebab infeksi saluran kemih. Peneliti tengah mengembangkan vaksin infeksi saluran kemih.
Foto:

Membuat vaksin untuk melawan bakteri patogen pada dasarnya sulit. Sebab, bakteri secara signifikan lebih kompleks daripada virus.

Memilih komponen biologis mana yang akan digunakan untuk membuat antigen merupakan tantangan besar. Karenanya, menggunakan seluruh sel lebih baik daripada memilih hanya sebagian bakteri.

"Vaksin yang menggunakan bakteri mati sel utuh tidak berhasil karena sel biasanya tidak bertahan lama di dalam tubuh untuk menghasilkan respons imun jangka panjang dan tahan lama. Itulah alasan membuat depot MOFs yang memungkinkan patogen utuh dan mati ada di jaringan lebih lama, seolah-olah itu adalah infeksi, untuk memicu respons sistem kekebalan skala penuh,” kata Gassensmith.

MOFs yang dikembangkan oleh tim Gassensmith mengumpulkan dan melumpuhkan sel bakteri individu dalam crystalline polymeric matrix. Proses itu tidak hanya membunuh bakteri, tetapi juga mengawetkan dan menstabilkan sel mati terhadap suhu tinggi, kelembapan, dan pelarut organik.

Dalam percobaan mereka, para peneliti menggunakan strain Escherichia coli. Tidak ada vaksin untuk melawan strain patogen dari bakteri ini. E coli uropatogenik menyebabkan sekitar 80 persen dari semua kasus ISK.

"Ketika kami menantang tikus-tikus ini dengan suntikan bakteri yang mematikan, hampir semua hewan uji kami selamat setelah mereka divaksinasi. Ini merupakan kinerja yang jauh lebih baik daripada pendekatan vaksin tradisional. Proses ini diulang beberapa kali, dan kami cukup terkesan dengan hasilnya," kata Gassensmith.

Meski metode tersebut belum diujicobakan pada manusia, De Nisco menyebut, itu berpotensi membantu jutaan pasien. Di luar ISK berulang atau urosepsis, para peneliti meyakini metode depot antigen dapat diterapkan secara luas pada infeksi bakteri, termasuk endokarditis dan tuberkulosis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement