Jumat 29 Oct 2021 15:34 WIB

Waspada Strok atau Serangan Otak Mendadak di Usia Muda

Strok dapat menyerang semua level usia, termasuk usia muda.

Stroke (ilustrasi)
Foto:

Golden period serangan strok

Dalam memperingati Hari Strok Sedunia yang jatuh pada 29 Oktober 2021, dr. Mursyid mengingatkan agar masyarakat waspada terhadap stroke. Segera pergi ke rumah sakit jika mengalami serangan otak mendadak.

"Jika sudah wajah miring, mulut menyon, lemah anggota gerak, bicara cadel, atau tidak bisa bicara secara mendadak, maka segera ke rumah sakit, waktunya untuk panggil ambulans," katanya. 

Menurutnya, kesadaran masyarakat Indonesia masih sangat lemah. Selain tingkat kematian tertinggi, tingkat kecacatan setelah serangan stroke di Indonesia juga tinggi. Sebanyak 65 persen pasien stroke mengalami gangguan seperti lupa, pikun, terganggu memori, tidak bisa fokus, dengan berbagai tingkatan dari yang parah hingga tak terlihat.

Sementara dokter spesialis saraf dari RS Kariadi Semarang, dr. Dodik Tugasworo, mengatakan golden time atau waktu kritis saat orang terkena serangan stroke adalah 4,5 jam. Sementara rata-rata orang yang datang ke rumah sakit sudah lewat golden period-nya sehingga tidak tertolong.

"Keberhasilan penanganan stroke sangat tergantung pada kecepatan pasien mendapat penanganan di RS yang tepat."

"SeGeRa Ke RS (Senyum, Gerak, Bicara, Kebas Rabun dan Sakit Kepala Hebat) tiba-tiba. Tiap menit berharga untuk satu kehidupan. Semoga angka kematian stroke bisa berkurang," harap Dodik.

Sekitar 30 persen pasien stroke dapat sembuh kembali tanpa gejala sisa, sekitar 40 persen akan sembuh dengan meninggalkan gejala sisa dalam berbagai tingkatan, dan sisanya meninggal.

Ketimpangan rasio dokter spesialis

Dokter Dodik Tugasworo mengatakan bahwa pada daerah tertentu memang terdapat kendala bagi penderita untuk mendapatkan penanganan segera. Kendala tersebut antara lain kondisi geografis, keterbatasan fasilitas RS, tidak adanya tenaga kesehatan yang kompeten seperti dokter spesialis saraf.

Menurut catatannya, jumlah total dokter spesialis neurologi di Indonesia mencapai 2.500 orang dengan rasio 1 dokter untuk 108 pasien, 60 orang dokter neurointervensi yang rasionya 1:4500 pasien, dan 200 orang dokter ahli spesialis bedah saraf dengan rasio 1:1.350 pasien.

Ia juga menyarankan pemerintah untuk lebih menyediakan RS khusus penanganan stroke dan menyediakan fasilitas untuk memudahkan pasien untuk mencapai RS. 

Menurut data Badan Kesehatan Dunia atau WHO, terdapat lebih dari 13,7 juta kasus stroke baru per tahun. Secara global, 1 dari 4 penduduk usia di atas 25 tahun akan mengalami stroke. Setiap tahun 60 persen seluruh kasus stroke menyerang mereka yang berusia di bawah 70 tahun.

Pentingnya latihan fisik setelah serangan

Koodinator Litbang Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Rehabilitasi Indonesia (PERDOSRI), dr. Vitriana, menilai latihan fisik setelah serangan stroke penting agar penderita dapat beradaptasi dan kembali berfungsi secara mandiri. Orang yang sudah pernah stroke harus rehabilitasi secara komprehensif seperti fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, ortotis prostestis juga psikologi.

"Latihan fisik dilakukan secara bertahap dari 2 minggu-6 minggu karena jika dalam waktu lama tidak di rehabilitasi, maka akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan fungsi awalnya, latihannya pun harus terus menerus, tidak bisa berhenti di tengah jalan," kata dia.

Strok dapat menyebabkan gangguan kognisi, jantung, paru, keseimbangan, komunikasi dan penglihatan. Hal tersebut, jika digabungkan akan menyebabkan keterbatasan aktivitas baik dalam peran sehari-hari maupun lingkungan masyarakat.

"Latihan yang bisa diberikan untuk pasien stroke antara lain latihan fleksibilitas, latihan penguatan seperti angkat beban, senam aerobik, latihan keseimbangan, dan latihan koordinasi seperti menangkap bola." 

 

 

 

sumber: https://www.dw.com/id/serangan-stroke-di-usia-muda/a-59658396

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement