REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- World Stroke Organzation mengungkapkan strok merupakan salah satu penyebab kematian dan disabilitas terbesar di dunia. Diperkirakan ada 116 juta tahun hidup sehat yang hilang setiap tahun akibat strok.
Strok merupakan merupakan suatu kegawatdaruratan medis di mana terjadi perubahan tiba-tiba pada fungsi otak akibat pasokan darah ke otak terganggu. Gangguan ini bisa dipicu oleh penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak.
Strok yang disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah ke otak dikenal sebagai strok iskemik. Strok yang dipicu oleh pecahnya pembuluh darah di otak dikenal sebagai strok hemoragik.
"(Ketika terjadi strok) kurangnya pasokan darah mencegah nutrisi dan oksigen mencapai ke bagian otak," ujar ahli bedah saraf dan asisten profesor di Yale School of Medicine Farhad Bahrassa MD, seperti dilansir Eat This Not That!, Ahad (19/8).
Kondisi tersebut akan menyebabkan sel-sel otak berhenti berfungsi. Tanpa oksigen dan nutrisi, sel-sel otak ini bisa mati dengan cepat. Kondisi ini akan memunculkan gejala atau tanda strok pada tubuh.
Untuk bisa mengenali strok dengan cepat, ada empat hal yang perlu diperhatikan. Keempat hal ini dikenal dengan akronim FAST yaitu Face (wajah), Arms (lengan), Speech (kemampuan bicara), dan Time (waktu).
Face berkaitan dengan tanda strok pada wajah. Tanda ini bisa dilihat dengan cara tersenyum. Saat tersenyum, satu sisi bibir penderita strok akan tampak lebih turun dibandingkan sisi lainnya.
Arms berkaitan dengan kemampuan mengangkat lengan. Saat mengangkat kedua lengan ke atas, salah satu lengan penderita strok akan tampak lebih rendah dibandingkan yang lainnya.
Speech berkaitan dengan kemampuan berbicara. Cara bicara penderita strok akan terdengar pelo atau aneh.
Time berkaitan dengan waktu penanganan strok. Untuk mendapatkan hasil pengobatan terbaik, orang-orang yang menunjukkan tiga gejala yang berkaitan dengan Face, Arms, atau Speech perlu segera dibawa ke rumah sakit.
Strok memiliki beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai. Salah satu faktor risiko terbesar strok adalah usia. Risiko strok yang dimiliki seseorang akan meningkat dua kali lipat setiap 10 tahun setelah mencapai usia 55 tahun.
Faktor risiko lainnya adalah genetik dan penyakit penyerta seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan kadar kolesterol tinggi. Terkait jenis kelamin, perempuan memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk terserang strok dan mengalami kematian dibandingkan laki-laki.
Faktor yang tak kalah penting dalam memengaruhi risiko strok seseorang adalah gaya hidup. Beberapa gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko strok adalah merokok, obesitas, kurang olahraga, serta penyalahgunaan obat terlarang terutama kokain dan amfetamin.
Dr Bahrassa mengatakan, di antara dua jenis strok, strok iskemik lebih sering terjadi dibandingkan strok hemoragik. Akan tetapi penyebab strok iskemik bisa beragam dan tak selalu bisa diketahui.
"Sebagaian penyebab tersering adalah irama jantung tak beraturan, penumpukan plak di arteri, dan kondisi-kondisi lain yang menyebabkan penggumpalan darah," ujar dr Bahrassa.
Strok dapat dicegah dengan beragam upaya, seperti berhenti merokok dan mengendalikan penyakit yang dapat meningkatkan risiko strok seperti hipertensi, kadar kolesterol tinggi, dan diabetes. Penyakit-penyakit ini dapat dikelola melalui penggunaan obat sesuai anjuran dokter.
"Makan dengan sehat, lakukan olahraga aerobik rutin, batasi alkohol, dan hindari obat terlarang," ujar dr Bahrassa.