Selasa 27 Feb 2024 18:28 WIB

Setelah Terserang Strok, Bisakah Pasien Pulih Sepenuhnya?

Dampak pascastrok bergantung pada tingkat keparahan strok.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Pasien strok (ilustrasi). Dampak dan efek yang melemahkan pascastrok sesungguhnya bergantung pada tingkat keparahan strok.
Foto: www.freepik.com
Pasien strok (ilustrasi). Dampak dan efek yang melemahkan pascastrok sesungguhnya bergantung pada tingkat keparahan strok.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertanyaan utama yang mungkin ada di benak penyintas strok adalah apakah mereka bisa pulih sepenuhnya seperti sedia kala? Seorang pakar memberikan penjelasan mengenai dampak strok dan proses pemulihan yang harus dilalui pasien.

Dikutip dari laman The Week pada Selasa (27/2/2024), dokter Gaurish Kenkre yang berbasis di Mumbai, India, menjelaskan bahwa dampak dan efek yang melemahkan pascastrok sesungguhnya bergantung pada tingkat keparahan strok dan organ yang terimbas. Namun, ada beberapa efek jangka panjang yang paling umum.

Baca Juga

Dampak itu meliputi gejala kognitif seperti masalah ingatan dan kesulitan berbicara, serta gejala fisik seperti kelemahan, kelumpuhan, dan kesulitan menelan. Bisa juga terhadi gejala emosional seperti depresi dan impulsif, kelelahan parah, dan sulit tidur.  

"Strok dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari dalam berbagai cara, termasuk gangguan mobilitas, bicara, memori dan konsentrasi.  Pasien mungkin memerlukan penyesuaian untuk melakukan aktivitas rutin yang paling sederhana sekalipun, seperti berpakaian, makan, menyisir rambut, dan berkomunikasi," kata Kenkre.

General manager dan kepala pusat rehabilitasi neurologis Atharv Ability itu mengingatkan bahwa strok bukanlah akhir dari kehidupan. Kemajuan modern dalam pengobatan strok dan terapi rehabilitasi inovatif berbasis teknologi telah menunjukkan pencegahan dampak strok terhadap kualitas hidup secara permanen.

Dengan catatan, pasien memerlukan perhatian medis segera saat terserang strok. Keterlambatan dalam pengobatan dapat menyebabkan imbas yang lebih parah dan dalam beberapa kasus, bisa terjadi kematian. Rehabilitasi dan terapi dapat membantu pasien mendapatkan kembali fungsi tubuhnya, serta mengatasi efek kognitif dan emosional.

Terkait berapa lama waktu pemulihan berlangsung, sifatnya unik bagi setiap pasien dan bergantung pada sejumlah faktor. Deretan faktor itu termasuk tingkat keparahan strok, area yang terkena dampak, dan ketersediaan intervensi medis dan fasilitas rehabilitasi.  

Setelah pasien keluar dari perawatan rumah sakit, perjalanan pemulihan seringkali memerlukan kombinasi terapi fisik dan terapi okupasi. Selain itu, berbagai pendekatan terapi rehabilitasi neurologis termasuk robotika, terapi air, terapi wicara, dan manajemen nyeri telah menunjukkan hasil yang luar biasa dalam mempercepat pemulihan pasien.  

Intervensi itu disebut Kenkre bertujuan membantu pengidap strok mendapatkan kembali keseimbangan, koordinasi, kekuatan, mobilitas, dan mencapai efektivitas komunikasi. Selain itu, pasien strok biasanya mengalami keterbatasan mobilitas, oleh karena itu akan bermanfaat bagi mereka untuk menerima rehabilitasi saraf di pusat-pusat yang menawarkan semua terapi dalam satu atap.  

"Rehabilitasi dapat memberikan dampak positif pada persepsi diri dan sikap pasien terhadap kondisinya. Hal ini juga mengurangi ketergantungan pada anggota keluarga atau pengasuh, meningkatkan kemandirian fungsional, dan mencegah komplikasi. Setelah stroke, pasien harus fokus pada rehabilitasi dan mencari cara untuk mendapatkan kembali kemandirian, sambil menghargai momen kemajuan dan perbaikan," ujar Kenkre.

Dia mengibaratkan rehabilitasi kehidupan setelah strok seperti mempelajari tarian baru, di mana setiap gerakan berbeda, dan setiap gerakan memerlukan latihan. Dengan praktik yang memadai dan penerapan metode rehabilitasi terkini, terdapat peluang besar bagi pasien untuk menjalani gaya hidup normal seperti sedia kala.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement