REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES – Aktor dan sutradara Hollywood, Clint Eastwood, mengungkap alasan mengapa dia tetap produktif membuat film meski kini berusia 91 tahun. Bahkan dalam film terbarunya berjudul Cry Macho, dia juga menjadi pemeran utamanya.
Film yang dirilis mulai 17 September di HBO Max, bercerita tentang Mike Milo, seorang bintang rodeo yang telah redup sekaligus peternak kuda yang tersingkirkan. Film ini mengambil latar waktu tahun 1979.
Karena kesulitan ekonomi, Milo terpaksa mengambil pekerjaan dari seorang mantan bos untuk membawa pulang putra si bos dari Meksiko. Perjalanan ini sangat menantang karena Mike Milo harus melintasi perbatasan dengan cara ilegal dan terpaksa mengambil jalur belakang dalam perjalanan pulang ke Texas.
Film ini telah menerima ulasan beragam dari penonton dan kritikus. Banyak yang memberikan apresiasi karena kisahnya yang reflektif dan bergema secara emosional, sementara yang lain mengkritiknya karena terlalu sederhana dan sentimental.
Dalam wawancara terbaru dengan The Los Angeles Times, Eastwood merefleksikan kariernya yang panjang dan ikonik sebagai aktor dan sutradara. Eastwood membahas mengapa dia terus membuat film meskipun dia sekarang berusia awal 90-an.
Aktor tersebut mengatakan belum selesai dengan industrinya, dan menyiratkan bahwa dia akan terus bekerja sampai penonton tidak lagi ingin melihatnya.
"Untuk apa saya masih bekerja di usia 90-an? Apakah orang-orang akan mulai melemparkan tomat kepada Anda? Saya sudah sampai pada titik di mana saya bertanya-tanya apakah itu cukup, tetapi tidak sampai pada titik di mana saya memutuskannya,” kata dia seperti dilansir di Screen Rant, Selasa (21/9).
Eastwood sepertinya tidak mengerti mengapa dia harus berhenti membuat film. Tampaknya pria berusia 91 tahun itu masih memiliki cerita untuk diceritakan dan selama dia secara fisik mampu mengarahkan dan berakting dalam film, tidak ada alasan mengapa dia tidak bisa terus memaksakan diri. Bagaimanapun, dia benar: tidak ada yang "melempar tomat" padanya, dan film-film Eastwood terus sukses secara finansial.
Cry Macho, seperti film-film lain dalam filmografi Eastwood, mengeksplorasi tema-tema maskulinitas, dan mencoba merefleksikan peran Eastwood di masa lalu sebagai pahlawan macho yang tangguh. Sama seperti bagaimana Unforgiven tahun 1992 mendekonstruksi persona Eastwood sebagai koboi yang keras dan menceritakan kisah seorang peternak tua yang hampir tidak bisa menunggang kudanya sendiri, Cry Macho mengeksplorasi apa artinya menjadi seorang pria.