Kamis 15 Jul 2021 06:05 WIB

Ketika Anak Idap Long Covid

Anak-anak pengidap long Covid membutuhkan bantuan multidisiplin.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Reiny Dwinanda
Pelajar International American School di Barcelona, Spanyol tampak mengenakan masker saat ke sekolah, September 2020. Anak-anak juga dapat mengidap long Covid.
Foto:

Salah satu anak yang menjadi penyintas Covid-19, Morgan Randall, mengaku tidak demam dan hanya kehilangan indra penciuman dan perasa serta sakit tenggorokan pada Desember 2020. Remaja 15 tahun asal Massachusett itu sembuh setelah menjalani isolasi mandiri selama lima hari.

"Saya benar-benar baik-baik saja. Saya merasa seperti normal," kata Randall, dikutip dari US News, Rabu (14/7).

Meski begitu, Randall mengaku merasa sesak napas dan lunglai saat kembali beraktivitas pada bulan Februari 2021. Otot kakinya yang selama ini terlatih menari intensif menjadi tidak kuat dan napasnya pun pendek.

"Saya jadi bingung karena tubuh saya menjadi terlalu letih untuk beraktivitas," kata Randall.

Sang ibu lantas memeriksakan Randall ke dokter. Putrinya langsung berhenti menari, hobi yang telah dilakoni Randall sejak usia tiga tahun, karena ada kekhawatiran terjadinya pembengkakan jantung sebagai efek dari infeksi SARS-CoV-2.

Apa yang dirasakan Randall menjadi contoh kasus long Covid pada anak di Amerika Serikat dan dunia. Anak lainnya ada yang merasakan kelelahan, malaise, sesak napas, maupun detak jantung cepat yang menetap atau muncul kembali hingga beberapa pekan maupun bulan setelah serangan awal Covid-19.

Menanggapi hal tersebut, National Institutes of Health, meluncurkan inisiatif untuk mempelajari gejala Covid-19 yang bertahan hingga lama. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS juga telah menerbitkan panduan perawatan anak setelah sembuh Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement