REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Putri mendiang Michael Jackson mengikut jejak ayahnya dengan menjadi musikus. Dimulai dari kamar tidur dengan gitarnya, Paris Jackson menghasilkan album solo debutnya.
Sejak kecil, Paris sudah menjadi penggemar musik. Ia selalu mencoba-coba membuat musiknya sendiri, tapi dia masih ragu menyebut dirinya sebagai penyanyi-penulis lagu hingga akhirnya merampungkan album.
“Itu salah satu perasaan terhebat yang pernah saya alami," kata Paris, Jumat (30/10).
Paris menggambarkan suara akustiknya yang halus sebagai folk alternatif, sangat jauh dari genre ayahnya, King of Pop. Sebagai putri Jackson, ia seperti harus lebih memberikan sentuhan pribadinya ke dalam tiap lagu agar tak mengekor sang ayah.
“Aku senang, aku gugup, tapi aku merasa yakin orang-orang yang seharusnya mendengar rekaman ini akan mendengarnya. Ini akan menjangkau mereka. Dan, sehubungan dengan kritik dan hal-hal lainnya, aku tak benar-benar berpikir mereka akan tahu bagaimana cara mengkritiknya,” ujar Jackson.
Pada awal tahun ini, Jackson merupakan salah satu dari duo akustik The Soundflowers bersama pasangannya, Gabriel Glenn. Keduanya memutuskan berpisah dan Jackson mengubah sakit di hatinya itu menjadi karya seni.
“You were my all. And now I fall to the ground,” Jackson menyanyikan lirik single "Let Down”, yang video musiknya bisa disaksikan mulai 30 Oktober.
Jackson menghasilkan 11 lagu di album konsep, Wilted yang dirilis Republic Records. Rencananya, album itu keluar pada 13 November mendatang.
Semua rasa sedihnya terwakili dalam liriknya, kemarahan, penolakan, tawar-menawar, dan penerimaan. Namun, lagu terakhirnya, “Another Spring” yang ceria mengungkapkan tentang perempuan yang lebih kuat yang membiarkan luka bersinar.
Jackson mengutip banyak pengaruh musik, termasuk penyanyi-penulis lagu Damien Rice, Ray LaMontagne, dan Conor Oberst. Matanya berbinar ketika berbicara tentang menjadi penggemar berat dari band indie rock Manchester Orchestra.
Ketika mendengar bahwa gitaris-penyanyi-penulis lagu, Andy Hull dari band akan memproduksi rekaman pertamanya, Jackson sangat gembira. Jackson rela terbang ke Atlanta untuk bekerja dengan Hull. Bintang film Gringo (2018) itu mengatakan, Hull dan tim tidak melakukan perubahan yang membuat karyanya tidak autentik.
“Semua orang sangat ramah dan baik hati dan mereka menganggap proyek ini, seperti, sangat sakral. Mereka memahami hubungan emosional saya dengannya dan memahami bahwa ini adalah bayiku,” kata Paris.
Mendiang Michael Jackson terkenal berusaha melindungi ketiga anaknya yang masih kecil dari sorotan. Setelah meninggal dunia karena overdosis anestesi propofol pada 2009, Paris dan dua saudara laki-lakinya, Prince (23 tahun) dan Bigi (18 tahun) tinggal bersama neneknya, Katherine Jackson. Paris pindah pada usia 18 tahun dan menjadi model dan artis, tetapi selalu memainkan musik.
Pada Juni, Paris dan Glenn mengadakan serial dokumenter di Facebook Watch berjudul “Unfiltered” yang memberikan gambaran sekilas tentang kehidupan pribadinya dan tur akustik kecil pasangan itu. Paris mengungkapkan upaya menyakiti diri sendiri dan bunuh diri dalam testimonialnya. Baginya, musik adalah cara menyalurkan rasa sakit.
Ada video musik dengan single baru “Let Down" tentang karakter dalam lagu itu yang hatinya hilang karena kepergian kekasihnya. Salah satu adegan berulang berlatar di hutan gelap mengingatkan pada elemen dalam video lagu “Thriller” ayahnya yang terkenal.
Ketika ditanya apa pendapatnya tentang musik sang ayah, Jackson menolak menjawab. “Saya tak tahu. Saya bukan dia, jadi saya tidak bisa berbicara untuknya. Tapi, saya berharap dia bahagia, dan saya pikir dia akan senang karena saya bahagia,” ujar Paris.
Pandemi telah menunda sebagian besar aksi musik. Paris sendiri rindu mendengarkan band favoritnya secara langsung dan bercita-cita untuk segera memainkan beberapa pertunjukan, jika tindakan pencegahan anti Covid-19 memungkinkan.
Paris berharap musiknya akan membantu orang-orang merasa “sedikit tidak kesepian.” Sebab, dia menemukan cara mengobati sakit hatinya dengan menciptakan karyanya itu.
“Ada saat-saat di mana saya mendengarkan lagi lagu-lagu tertentu dan saya seperti, 'Wow, saya sangat naif.' Tapi itu seperti rasa syukur dan kegembiraan yang saya dapatkan dari mendengarkan lagu-lagu ini dan hanya melihat perkembangan dan evolusinya,” kata Paris.