REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Meski angka kehamilan meningkat selama pandemi Covid-19, rupanya banyak wanita ingin menunda kehamilan dan memiliki lebih sedikit anak pada masa sulit ini. Hal itu berdasarkan survei baru dari Guttmacher Institute yang fokus pada hak-hak reproduksi.
Peneliti utama di Institut Guttmacher, Laura Lindberg, mengatakan dalam waktu yang relatif singkat, krisis Covid-19 berpengaruh pada kehamilan dan berapa banyak anak yang diinginkan. "Jika mereka bisa mendapatkan kontrasepsi secara mudah, mereka pasti bisa mengaturnya," kata Laura seperti dilansir di the Guardian, Kamis (25/6).
Para peneliti melakukan survei secara daring kepada 2.000 perempuan yang aktif secara seksual pada pekan pertama Mei, ketika sebagian besar AS menerapkan lockdown. Hasilnya, sepertiga atau sekitar 34 persen peserta mengaku ingin menunda kehamilan atau memiliki anak lebih sedikit karena pandemi. Selain itu, hampir setengah dari perempuan berkulit hitam (34 persen) dan Latina yaitu perempuan berasal dari Amerika Latin (48 persen) juga melaporkan ingin menunda kehamilan karena pandemi.
Pada saat yang sama, mereka kesulitan mendapat kontrasepsi karena berbagai pembatasan yang dilakukan demi memperlambat penyebaran Covid-19. Lebih dari seperempat wanita juga khawatir tentang kemampuan mereka membayar kontrasepsi.
Lindberg mengatakan efek Covid-19 sangat dirasakan oleh wanita nonkulit putih dan wanita berpenghasilan rendah. "Kelompok-kelompok ini sudah menanggung beban ketidakadilan dan pandemi hanya memperburuk kesenjangan ini," kata Lindberg.
Delapan negara yang dipimpin Partai Republik telah berusaha melarang prosedur aborsi secara khusus selama pandemi. Di Texas misalnya, prosedur aborsi kian rumit sejak musim semi ini.
Menurut dia, perlu tindakan nyata untuk memerangi kebijakan Trump perihal kesehatan dan hak-hak reproduksi. "Perubahan struktural sistem kesehatan sangat dibutuhkan demi memastikan semua orang bisa mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan selama pandemi dan di masa depan," kata Lindberg.
Kendati begitu peneliti mencatat, jika wanita menunda kehamilan dalam jangka panjang bisa mempercepat tren lain di Amerika yaitu penurunan angka kelahiran. Mengingat sejak puncak tingkat kesuburan pada 2007, wanita di semua bagian AS telah memilih untuk menunda kehamilan.