Jumat 19 Jun 2020 04:16 WIB

Kasus Penyakit Autoimun Meningkat Drastis

Banyak faktor yang menyebabkan risiko terjadinya penyakit autoimun.

Penyakit autoimun.
Foto:

Para ilmuwan menduga perubahan gaya hidup modern membuat makin banyak penyakit autoimun muncul. Misalnya, makin banyak persalinan dibantu operasi caesar. Pada persalinan alamiah, bayi akan kontak dengan banyak bakteri dan virus saat melewati saluran kelahiran.

Dengan begitu sistem kekebalan tubuh bayi belajar, bagaimana membuat beragam patogen di lingkungan hidupnya menjadi tidak berbahaya. Pada bayi yang lahir dengan cara operasi, mereka lahir secara steril dan tidak kontak dengan bakteri atau virus.

Selain itu, bayi ini juga diberi makanan yang steril, bukan air susu ibu yang juga mengandung banyak khasiat. “Dalam jangka panjang, kondisi steril suatu waktu akan memicu kebingungan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya sistem kekebalan memicu proses peradangan pada tubuh sendiri," kata Radke yang juga dokter anak.

Selain itu, sekarang ini makin banyak bahan makanan yang awet dan tahan lama, dengan cara membunuh bakteri. Karena itu, banyak anak-anak yang sistem kekebalannya tidak berfungsi dan melakukan apa yang seharusnya.

Mengapa sistem kekebalan menyerang tubuh?

Para ilmuwan hingga kini masih belum mampu menjelaskan secara rinci, mengapa fenomena itu terjadi. Tapi dalam beberapa tahun terakhir, mereka menyimpulkan, faktor genetika memainkan peranan penting bagi munculnya penyakit autoimun.

Faktor penting lainnya adalah lingkungan yang kini dipenuhi banyak unsur kimia buatan manusia. Selain itu komposisi flora usus, juga mempengaruhi munculnya sejumlah penyakit autoimun. Faktor makanan mempengaruhi komposisi flora usus ini.

Kebiasaan merokok, kekurangan vitamin D akibat kurangnya paparan sinar matahari, dan faktor hormonal juga masuk dalam daftar pemicu penyakt autoimun. Menurut para imuwan, faktor stres juga tidak boleh diremehkan.

Tidak bisa disembuhkan

Para dokter dan ilmuwan juga menyebutkan, hingga kini mereka belum dapat menyembuhkan penyakit autoimun. Namun, para dokter kini sudah bisa mengendalikan gejalanya dengan lebih baik.

Dokter biasanya memberikan kortison untuk meredam proses peradangan. Atau memberikan interferon untuk menekan sistem kekebalan tubuh agar tidak bereaksi berlebihan.

Terapi sel punca saat ini sedang diuji di AS, namun disebutkan itu merupakan cara terakhir untuk mengatasi penyakit autoimun. Dengan metode ini, sistem kekebalan tubuh "dibangun“ ulang dan ingatan imunologi tubuh dihapus.

Metode ini mengandung risiko cukup besar, karena bersamaan dengan itu harus dilakukan kemoterapi, yang berarti kekebalan tubuh pasien ditekan ke tingat nol. Ini diperlukan agar tubuh pasien membangun sistem kekebalan baru dengan bantuan sel punya yang dicangkokan.

Metode ini merupakan cara terakhir mengatasi penyakit autoimun dan tidak diperbolehkan di banyak negara. Pasalnya pasien menghadapi risiko sangat tinggi hingga risiko kematian, tanpa ada jaminan penyakitnya bisa sembuh atau kambuh kembali.

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement