Ahad 07 Apr 2024 16:10 WIB

Kaitan Penyakit Autoimun Rheumatoid Arthritis dengan Risiko Sulit Hamil

Apakah benar penderita penyakit Autoimun Rheumatoid Arthritis akan sulit hamil?

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Qommarria Rostanti
Janin (ilustrasi). Penyakit autoimun bisa terjadi pada semua orang, baik dalam kondisi sebelum hamil, pada saat hamil, atau setelah hamil.
Foto: Foto : MgRol_94
Janin (ilustrasi). Penyakit autoimun bisa terjadi pada semua orang, baik dalam kondisi sebelum hamil, pada saat hamil, atau setelah hamil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Aktris Enzy Storia dikabarkan sulit hamil karena mengidap penyakit autoimun. Pada tahun lalu, Enzy pernah menyebutkan dia menderita autoimun rheumatoid arthritis (RA) di usia 17 tahun dan kondisinya perlahan-lahan sembuh. 

Sebenarnya apa kaitan penyakit autoimun rheumatoid arthritis dengan risiko sulit hamil? Dokter spesialis kandungan Dr dr Taufik Jamaan, SpOG mengatakan penyakit autoimun bisa terjadi pada semua orang, baik dalam kondisi sebelum hamil, pada saat hamil, atau setelah hamil. Artinya, jika tidak dalam kondisi hamil itu bisa bermacam-macam faktor penyebabnya karena itu menimbulkan reaksi peradangan. 

Baca Juga

Mengenai rheumatoid arthritis (RA), penderita penyakit ini mengalami banyak peradangan di persendian dan faktor RA-nya positif. “Rheumatoid arthritis, jadi ada peradangan pada persendian. Radang itu bisa ke mana-mana, bisa ke seluruh tubuh, bisa ke sistem darah, bisa ke sistem hormon yang bisa menimbulkan kondisi kadang-kadang hypercoagulable state namanya,” ujar dr Taufik saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (4/4/2024). 

Menurut dokter yang berpraktek di RSIA Bunda Menteng, RS Hermina Jatinegara dan RS Brawijaya Saharjo ini, hypercoagulable state adalah suatu kondisi darah menjadi kental. Kalau darah mengental akibatnya suplai makanan ke rahim kurang. 

Apabila suplai ke ovariumnya kurang, artinya kualitas sel telur dan kualitas rahimnya menjadi kurang baik. Makanya kalau memang terjadi pengentalan darah, dr Taufik menyebutkan, pasien-pasien itu sering mendapat obat untuk pengencer darah.

Selain itu pasien juga mendapat obat yang sifatnya kortikosteroid. Guna obat ini adalah untuk menekan reaksi peradangan.

“Karena kondisinya Enzy ini saya kan enggak tahu hasil lab darahnya, jadi kita ambil secara general aja gitu kan,” kata dr Taufik. 

Dia mengatakan kadang-kadang pasien yang menderita hingga darah mengental itu memang bermasalah pada kehamilan atau waktu hamil. Kalau darahnya masih kental, pasien tersebut harus menggunakan obat-obatan pengencer darah seperti Ascardia, Aspilets atau suntik pengencer darah supaya suplai makanan dapat lancar ke janinnya. 

Jika tidak, dr Taufik mengungkapkan, janinnya tidak berkembang atau terjadi janin tidak bertumbuh yang disebut dengan Intrauterine Growth Restriction (IUGR). Saat ditanya berapa peluangnya bagi perempuan penderita autoimun rheumatoid arthritis ini bisa hamil, dr Taufik menjawab tidak tahu. Itu tergantung dari kondisi pasiennya. 

“Kalau peluangnya kita kan enggak tahu, tergantung dari kondisi pasiennya,” ujarnya. 

Dr Taufik menyatakan kalau tingkat rheumatoid arthritisnya masih ringan, biasanya tidak masalah. Jadi bisa diobati. Tetapi kalau misalnya tingkat rheumatoid arthritisnya sedang atau berat, tentu perlu pengobatan dahulu.

“Karena dia minum obat-obat yang sifatnya kortikosteroid ya atau obat yang sifatnya menekan autoimunnya ya itu kurang disarankan untuk hamil saat itu gitu, apalagi kalau dia dapat golongan obat yang sifatnya tidak diperbolehkan hamil, seperti obat golongan Metotreksat itu kan bisa merusak kehamilan malah ya,” kata dr. Taufik.

“Jadi kondisi pasien itu berapa persennya tergantung dari status atau kondisi penyakitnya, bisa ringan, bisa sedang. Kalau ringan sih enggak masalah, jalan saja terus.” 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement