Ahad 03 Mar 2019 09:10 WIB

Satai Ayam Legit Gerobak Pak Heri

Satai Pak Heri konsisten tetap menggunakan kipas saat membakar ayam.

Rep: Nugroho Habibi/ Red: Indira Rezkisari
Sepiring satai ayam Pak Heri di Jalan Sabang, Jakarta Pusat.
Foto: Republika/Nugroho Habibi
Sepiring satai ayam Pak Heri di Jalan Sabang, Jakarta Pusat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerobak satai berukuran satu meter lebih besar daripada gerobak satai pada umunya menjajakan dagangan di kawasan Sabang, Jakarta Pusat. Mengunakan tenda berukuran 3x4 meter, gerobak satai itu membujur di pinggir trotoar.

Tempat yang awalnya dipenuhi dengan mobil yang terparkir, menjelma menjadi pusat kuliner pada sore hingga malam hari. Lokasinya di jalan H Agus Salim, Gondangdia, Jakarta Pusat, yang selama ini sudah dikenal masyarakat dengan aneka makanan dan jajanan.

Baca Juga

Satai Pak Heri merupakan satu dari sekian banyak kuliner di Sabang. Satai itu, sudah ada sejak tahun 1981 dengan mempertahankan gerobak untuk berjualan. Budi Riyanto (35), pemilik warung satai Pak Heri menerangkan telah menjadi generasi ketiga melanjutkan usaha yang telah di rintis kakeknya.

Nama Gerobak Satai Pak Heri diambil dari nama sang ayah setelah setelah sang kakek wafat dengan meninggalkan gerobak satai. Hingga kini, gerobak Satai Pak Heri tetap dipertahankan untuk mengenang jasa sang ayah.

Budi menceritakan, sempat membuka cabang berupa resto di Salemba dan di Cengkareng. Namun usahanya untuk mengembangkan usahanya tak seramai menggunakan jika menggunakan gerobak.

Di antara satai kambing dan satai jeroan, satai ayam masih menjadi andalan Satai Pak Heri. Selain harga yang cukup terjangkau, satai ayam juga mempertahankan kualitas rasa dan bahan secara turun temurun agar rasa tetap terjaga dan bisa memuaskan pelanggan.

Ayam dipilih berdasarkan ukuran dan usia, tidak terlalu muda maupun tua. Sedangkan kacang digiling satu kali agar tidak terlalu lembut. Selebihnya, bumbu diolah hampir sama dengan penjual satai pada umumnya.

photo
Gerobak Satai Pak Heri Jalan Sabang, Jakarta Pusat.

"Bumbu sama seperti pada umumnya, tapi ayam dan kacang terus diperhatikan. Ayam berkualitas dan kacang yang gede-gede agar ada yang kasar di lidah, biar tidak terlalu lembut," ungkapnya.

Selain itu, Budi juga masih menggunakan kipas tradisional yang diayunkan oleh karyawannya. Semata demi memudahkan mengontrol tingkat kematagannya daging.

Pasokan daging ayam maupun kambing didapat dari Pasar Senen, dari pemasok langganan. Per hari, Satai Pak Heri Sabang mengambil 50 kg hingga 60 kg yang distok di rumah.

"Kalau di bawa ke lokasi itu sekitar 30 kg sampai 40 kg ayam untuk dijajakan mulai pukul 17.00-03.00 WIB. Untuk omset perhari yang di Sabang, bisa dibilang Rp 7 juta hingga Rp 8 juta," ujarnya.

Menyajikan ayam yang empuk dengan perpaduan kacang berkualitas dan bumbu yang legit di lidah membuat Satai Pak Heri populer. Begitulah penjelasan Edy Junaidy (30) salah seorang pengunjung. "Kalau satai ayam itu pasti satainya Pak Heri, selain enak, juga cukup populer," kata pria asal Bogor yang bekerja sebagai karyawan di Kawasan Sabang.

Hingga kini, Satai Pak Heri telah memiliki enam cabang yang tersebar di Jakarta. Tiga di antaranya berada di Menteng, satu di Kuningan, dan dua di Ciledug. Uniknya, semua Satai Pak Heri menggunakan gerobak.

Jika pengunjung ingin mencicipi Satai Pak Heri bisa datang ke lokasi mulai pukul 17.00-03.00 WIB. Pengunjung bisa menikmati satu porsi satai ayam yang berjumlah 10 tusuk dengan harga 25 ribu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement