REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Penelitian baru dari Hong Kong menunjukkan anak-anak yang menghabiskan waktu di alam mungkin mendapatkan lebih sedikit masalah perilaku dan emosional serta peningkatan perilaku pro-sosial. Penelitian ini dilakukan oleh para peneliti di University of Hong Kong dan University of Auckland Selandia Baru.
Mereka menggunakan 16 kuisioner orang tua (CNI-PPC) yang dikembangkan oleh penulis studi Dr Tanja Sobko dan Profesor Gavin Brown untuk mengukur hubungan dengan alam anak-anak muda.
Sampai sekarang, seperti dilansir dari Malay Mail, Selasa (15/1), para peneliti belum dapat mengukur keterkaitan dengan alam pada anak-anak prasekolah, terutama karena fakta mereka terlalu muda untuk menjawab pertanyaan sendiri. Namun, peneliti ingin menyelidiki bagaimana perasaan terhubung dengan lingkungan alami dapat berdampak pada kesehatan di usia ini.
“Kami memperhatikan kecenderungan di mana orang tua menghindari alam. Mereka menganggapnya kotor dan berbahaya. Sayangnya anak-anak mereka mengambil sikap ini. Selain itu, area hijau seringkali tidak ramah dengan tanda seperti ‘Jauhi Rumput’,” kata Dr Sobko.
Para peneliti merekrut 493 keluarga dengan anak-anak berusia antara dua dan lima tahun. Peneliti meminta mereka mengisi kuisioner yang mengukur empat area yang menunjukkan anak dengan alam, termasuk kesenangan terhadap alam, empati terhadap alam, tanggung jawab terhadap alam, dan kesadaran terhadap alam.
Temuan ini, yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE menunjukkan anak-anak yang lebih dekat dengan alam menunjukkan lebih sedikit kesulitan, lebih sedikit hiperaktif, lebih sedikit kesulitan perilaku dan emosional dan peningkatan perilaku pro-sosial. Selain itu, anak-anak yang mengambil tanggung jawab lebih besar terhadap alam juga memiliki lebih sedikit kesulitan dengan teman sebayanya.
Kemudian, para peneliti mengatakan hasil sekarang menunjukkan kuisioner dapat menjadi alat yang berharga untuk menyelidiki hubungan antara lingkungan luar dan kesejahteraan pada anak-anak pra-sekolah. Kehidupan kota sering disalahkan sebagai alasan utama mengapa anak-anak terputus dari alam dan menghabiskan lebih sedikit waktu bermain serta lebih banyak waktu untuk berpindah-pindah.