Rabu 14 Nov 2018 11:51 WIB

Enam Dampak Buruk Media Sosial bagi Kesehatan Mental

Merasa dikucikan atau FOMO adalah gejala negatif penggunaan media sosial.

Rep: Muhammad Ikhwanuddin/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Akses media sosial melalui ponsel (ilutrasi)
Foto:
Wanita mengambil gambar dengan teleponnya untuk diunggah ke media sosial.

4. Membuat Haus Perhatian

Dr. Bono menyampaikan, bukan hanya kesehatan otak dalam alam bawah sadar yang perlu diperhatikan. Namun kesehatan otak ketika orang tersadar juga perlu mendapat tempat tersendiri. 

Menurut Dr. Bono, saat melihat sebuah informasi, warganet cenderung ingin membagikan informasi tersebut tanpa memikirkan dampaknya. Berdasarkan penelitiannya, media sosial menyediakan godaan yang sangat kuat sebagai pemuas dahaga akan hiburan.

"Jika anda tidak dapat mengurangi pemakaian ponsel, anda akan kesulitan dalam melatih kebiasaan anda sendiri," ucap dia. 

5. Menggerus Hubungan Antarmanusia

Menjadi seorang manusia, merupakan sebuah hal yang penting untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain. Namun, menjadi suatu hal yang berbahaya jika pengguna media sosial terjebak dalam dunia digital yang semu.

Stina Sanders, seorang mantan model yang memiliki 107 ribu pengikut di Instagram mengaku bahwa media sosial kerap membuatnya merasa 'ditinggalkan'.

"Saya merasa FOMO (Feared of Missing Out --rasa takut dikucilkan) ketika melihat foto teman saya dalam sebuah pesta dan saya tidak ikut serta. Hal itu membuat saya kesepian dan cemas," kata dia kepada The Independent

6. Merusak Kesehatan Mental

Media sosial tidak hanya mengganggu kebahagiaan orang lain, tapi juga dapat merusak kesehatan mental seseorang.  

Pada Maret 2018, dalam reportase yang ditulis The Independent menyebutkan bahwa 41 persen dari 1.000 responden yang berasal dari generasi Z merasa media sosial membuat mereka cemas, sedih, bahkan depresi. 

Ben Jacobs, seorang DJ yang memiliki 5.000 pengikut di Twitter menyatakan 'istirahat' dalam mengakses Twitter sejak Januari 2016 dan mendapat manfaat besarnya. Bagi Jacob, Twitter membuatnya cemas dari waktu ke waktu dan membuatnya hanya terpaku dengan orang-orang yang dia ikuti di Twitter

"Sejak 'puasa' Twitter, saya merasa kepala saya lebih ringan dengan memilih berolahraga atau membaca buku," kata dia. 

Ia mengajak para pengguna media sosial untuk memiliki waktu beristirahat dari mengakses media tersebut. "Kenapa tidak luangkan waktu untuk beristirahat dari media sosial? Itu bagus untuk kita," ungkapnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement