Ahad 28 Oct 2018 14:06 WIB

Nyeri di Leher Bisa Jadi Indikasi Saraf Terjepit

Jepitan saraf leher umumnya terjadi pada orang yang berusia 30 hingga 50 tahun.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Ani Nursalikah
Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Phedy usai menjelaskan terkait jepitan saraf leher di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (26/10).
Foto: Republika/Noer Qomariah Kusumawardhani
Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Phedy usai menjelaskan terkait jepitan saraf leher di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (26/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir semua orang pasti pernah mengalami nyeri pada leher mulai dari tingkat ringan hingga parah. Tetapi terkadang masyarakat masih sering mengabaikan nyeri pada leher.

Padahal rasa nyeri tersebut merupakan tanda ada yang tidak beres di dalam tubuh. Tidak menutup kemungkinan rasa nyeri di leher mengindikasikan saraf terjepit.

Jepitan saraf leher atau yang dikenal sebagai cervical disc herniation adalah kondisi dimana isi dari bantalan tulang leher bocor keluar sehingga menjepit saraf leher. Jepitan saraf leher umumnya terjadi pada orang yang berusia 30 hingga 50 tahun.

Tetapi, jepitan leher dapat terjadi pada usia yang lebih muda atau lebih tua. Cervical disc herniation bisa terjadi karena adanya riwayat cedera leher atau terjadi begitu saja secara spontan.

Keluhan yang terjadi akibat jepitan saraf leher bergantung pada lokasi jepitan. Bila jepitan terjadi di pinggir, keluhan yang muncul adalah kaku, nyeri leher yang menjalar, kesemutan, atau rasa lemah pada lengan dan tangan.

Bila jepitan terjadi di tengah, akan ada keluhan kehilangan keseimbangan, kaku saat berjalan, rasa lemah pada tungkai, sampai gangguan buang air besar dan air kecil. Bahkan hal ini dapat mengakibatkan kelumpuhan secara total.

Untuk membuktikan adanya jepitan saraf leher dapat dilakukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pengobatan jepitan saraf leher pun bervariasi mulai dari obat-obatan, fisioterapi, hingga operasi.

Hal tersebut tergantung pada tingkat keparahan jepitan saraf. Jika sudah parah, maka satu-satunya pilihan untuk menyembuhkannya adalah operasi.

Menurut anggota Sports, Shoulder & Spine Clinic Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi Phedy, operasi dilakukan dengan tujuan membebaskan jepitan dengan cara mengambil bantalan yang menekan saraf dengan teknik Percutaneous Endoscopic Cervical Discectomy (PECD).

Jepitan dapat diambil dengan luka syatan hanya sebesar 0,5 sentimeter. Luka ini lebih kecil dibandingkan dengan operasi konvensional yang lukanya mencapai dua sentimeter.

Bantalan yang diambil dapat diganti menggunakan tulang atau bantalan sintetik. Tujuannya agar leher tidak kehilangan fungsi gerak dan bisa berfungsi seperti semua.

“Risiko kegagalan operasi untuk jepitan saraf leher cukup rendah,” kata Phedy dalam acara media gathering di Siloam Hospitals Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (26/10).

Pendarahan selama operasi umumnya kurang dari 50 cc dan lama operasi berkisar 45-90 menit. “Selain itu, kelebihan PECD ini adalah dalam beberapa jam setelah menjalankan operasi pasien dapat pulang dari rumah sakit,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement