Ahad 29 Apr 2018 18:19 WIB

Segarnya Es Talun Kota Malang

Tape ketan hitam jadi rahasia kelezatan Es Talun.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Indira Rezkisari
Depot es Talun Kota Malang legendaris yang telah berdiri sejak 1950.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Depot es Talun Kota Malang legendaris yang telah berdiri sejak 1950.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Indonesia tidak hanya dikenal dengan keragaman makanan tapi minumannya juga. Bahkan, beberapa gerai kuliner sudah bertahan puluhan tahun lamanya. Salah satunya adalah Es Talun di Malang, Jawa Timur.

Bagi masyarakat pecinta kuliner di Malang, nama Depot Es Talun sudah bukan hal baru lagi didengar. Bukan hanya karena usianya yang sudah lawas tapi juga keunikan rasa yang disajikannya. Ada resep khusus yang membuat depot ini acap ramai setiap harinya.

Pemilik Depot Es Talun, Afni Nafida menerangkan, usahanya ini sudah berdiri di Jalan Arif Rahman Hakim nomor 2 Kota Malang sejak 1950. Depot ini awalnya dimiliki seorang keturunan Cina yang sering dipanggil Om Loek oleh warga sekitar. Karena pertama yang menjual es campur dan es buah, depot ini sangat dikenal oleh masyarakat.

"Dulu tidak ada yang menjual es campur dan es buah di sini, ini yang pertama. Setelah itu baru ada yang lain bermunculan," ujar perempuan yang kini berusia 39 tahun tersebut saat ditemui wartawan di Depot Es Talun Kota Malang, Ahad (28/4).

Depot dipegang keluarga Om Loek hanya bertahan hingga dua generasi. Generasi berikutnya diambil-alih oleh sepupu Om Loek. Setelah tak ada yang menggantikan dari keluarganya, Om Loek pun menjual depot kepada ibu kandung dari Afni, Wiwik.

Menurut Afni, sang ibu memang sudah lama mengenal keluarga Om Loek yang menjual beragam es tersebut. Sang ibu dulunya sering berjualan sate di sekitar depot hingga pada akhirnya mendapatkan penawaran depot tersebut. Depot dibeli sang ibu sekitar Rp 125 juta yang kemudian diajarkan tentang resep khusus menunya oleh pembantu Om Loek.

"Jadi dibeli depot sekaligus diajarkan juga resep khusus dari pembantunya Om Loek. Pengajaran resep ini diberikan karena keluarga Om Loek tak ingin cita rasa minumannya hilang," jelas perempuan berhijab ini.

Afni menjelaskan salah satu hal yang membedakan rasa es campurnya dengan lainnya. Menurut dia, depotnya acap mencampurkan tape ketan hitam pada menunya sejak zaman dahulu. Bahkan, dagangannya ini lebih memilih memakai sirup sendiri dibandingkan membeli dari pasar.

"Kita buat sendiri sirupnya dari gula murni dan esens. Terus juga susunya kita pakai dari susu sapi asli sehingga rasanya lebih enak," ujar dia.

Dibandingkan dulu, menu yang disajikan Depot Es Talun kini lebih beragam dan banyak. Selain es campur dan es buah, juga tersedia es teler, es tape ketan hitam dan jus. Kemudian juga menyajikan makanan tradisional lainnya, seperti rujak cingur, gado-gado, tahu campur dan mi pangsit.

Untuk menikmati es fenomenal ini, pengunjung hanya perlu mengeluarkan uang sekitar Rp 9 ribu sampai 12 ribu. Harga ini ditunjukkan untuk menu es yang dimiliki Depot Es Talun. Depot ini buka dari pukul 08.00 hingga 20.00 WIB untuk semua kalangan.

Soal mengenai penyebutan nama Talun, Afni menegaskan, hal tersebut masih berkaitan dengan lokasi yang ditempatinya. Depot sejak dulu berdiri di Kampung Talun, Kauman, Klojen, Kota Malang. "Nama Talun itu julukannya dari lokasi yang kita tempati, sama seperti Pasar Talun yang di dekat sini," tambah dia.

Dalam sehari, Afni mengungkapkan, setidaknya dapat mendapatkan keuntungan sekitar Rp 1 juta di hari biasa. Sementara di hari libur, dia mampu mengumpulkan uang sekitar Rp 1,5 juta. Berbeda pada umumnya, depot di hari libur biasanya banyak pembeli dari luar kota seperti Surabaya, Jakarta dan sebagainya.

"Apalagi kalau hari raya, ini sering dijadikan tempat reuni. Ya mungkin sekalian nostalgia mereka waktu masih muda pernah jajan di sini," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement