Selasa 10 Jul 2018 16:37 WIB

Rawon Warung Mamek Malang yang Turun-temurun

Rawon dimasak menggunakan resep warisan sejak tahun 1925.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Indira Rezkisari
Warung Rawon Mamek di Jalan Amprong Bunulrejo, Belimbing, Kota Malang.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Warung Rawon Mamek di Jalan Amprong Bunulrejo, Belimbing, Kota Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Saat memasuki waktu malam apalagi dengan cuaca dingin, menikmati makanan hangat memang pilihan tepat. Di antara kuliner yang tersedia di Kota Malang, Warung Rawon Mamek bisa menjadi salah satu pengisi perut untuk makan malam.

Warung yang terletak di sekitar Lapangan Sepak Bola Sanansari, Jalan Amprong, Bunelrejo, Belimbing, Kota Malang, ini cukup terkenal di kalangan masyarakat setempat. Tak hanya warga setempat, warung yang mengangkat resep warisan keturunan sejak 1925 ini juga populer di mata para wisatawan kota lainnya. Mengedepankan cita rasa asli Rawon membuatnya disukai banyak kalangan, baik dari anak kecil maupun orang tua.

Pemilik Warung Rawon Mamek, Slamet (63), menjelaskan resep lama yang digunakan hingga kini tak lepas dari sosok buyutnya. Buyut pertama kali membuka warung dengan menu berbagai kuliner lokal ini di Pasar Besar (Pasbes) Kota Malang. "Namanya warung lama, dulu jualannya macam-macam, dari kari ayam, soto, rawon, dan sebagainya," ujar pria yang biasa disapa Mamek ini saat ditemui wartawan di kediamannya.

Nama "Mamek" sengaja dipilih hanya untuk sekadar merek bagi kulinernya. Hal ini tak jauh berbeda dengan warung-warung kuliner lainnya yang menggunakan nama unik. Tujuannya, kata dia, tentu saja membuat penasaran sehingga mau menikmati racikan kulinernya.

photo
Warung Rawon Mamek di Jalan Amprong Bunulrejo, Belimbing, Kota Malang.

Tak ingin menghilangkan cita rasa makanan dari kakek buyutnya, Mamek pun menggunakannya pada warung kulinernya saat ini. Dengan modal pengalaman sedari kecil, Mamek membuka warung kuliner dengan berbagai menu sejak 2008. Lokasi yang semula di kaki lima Bengawan Solo, Kota Malang, lalu pindah ke Jalan Amprong pada Agustus 2013.

Di warung yang didirikan di halaman rumahnya ini, Mamek menyediakan berbagai menu tradisional. Beberapa di antaranya, seperti rawon, krengsengan sapi, daging atau telor bumbu bali, cumi-cumi pedas, sambal goreng ucet, dan nasi rames. Kemudian, tersedia juga semur daging serta satai dan babat.

Untuk menikmati kuliner tersebut, pengunjung hanya perlu datang ke lokasi dari pukul 19.00 WIB hingga selesai. Menu-menu tersebut dibanderol dari harga Rp 4.000 sampai Rp 26 ribu. Warung ini juga menyiapkan berbagai varian minuman dari tradisional hingga yang umum, seperti es jeruk dan sebagainya.

Selain karena kelawasan resep, Mamek mengungkapkan, menu rawon miliknya agak berbeda pada umumnya. Sajian tempe mendol di menunya biasanya disatukan dengan kuah rawon dan nasi. Rasa tempe goreng mendol sendiri serupa pada umumnya, hanya saja bentuknya lonjong.

photo
Warung Rawon Mamek di Jalan Amprong Bunulrejo, Belimbing, Kota Malang.

"Dan kalau kita rasanya seperti rawon tempo dulu. Saya kan senang kuliner, nah biasanya yang lain itu ada yang encer, bau amis dan tidak terasa rawonnya (rasa kluwak)," kata kakek dari tujuh cucu ini.

Mengenai kluwak, Mamek biasanya menyiapkan bahan ini setiap bulannya. Bahan yang diperoleh dari Pasar Besar ini dibuat hingga satu wajan penuh dengan berat 20 kilogram. Besaran bahan yang membuat warna hitam pada rawon ini biasanya habis dalam waktu satu bulan.

Selain rawon, ciri khas kuliner warung Mamek juga terlihat pada menu nasi ramesnya. Kuliner ini agak sedikit berbeda karena tidak memasukkan bahan mi atau bihun ke dalamnya. Di kuliner ini terdapat campuran krengsenan sapi, daging atau telur bumbu bali, sambal goreng tempe, sambal goreng ucet, kering tempe, dan acar.

"Kita tidak pakai mi atau bihun pada umumnya, kalau pakai berarti tidak bedanya dengan pecel. Itu tidak cocok kalau dicampur ke nasi rames," jelasnya.

photo
Warung Rawon Mamek di Jalan Amprong Bunulrejo, Belimbing, Kota Malang.

Menurut Mamek, ciri khas ini juga diambil dari kakek buyutnya yang dulu membuka Warung Lama di Pasbes. Hal ini lebih tepatnya terjadi saat memasuki tahun 1988. Resep ini masih digunakan hingga sekarang, termasuk di Warung Mamek.

Karena termasuk kuliner legendaris, tak jarang warung ini didatangi orang-orang terkenal. Tak hanya artis dari Jakarta, seperti Yadi Sembako, Bedu, Arie Untung, tapi juga Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Mohammad Nuh, pernah menikmati menunya. Bahkan, beberapa pesebak bola asing dari Arema FC juga sempat mencicipi kuliner warungnya.

Dalam sehari, Mamek menerangkan, warung biasanya menyiapkan lima kilogram sapi untuk memenuhi kuliner dagingnya. Di hari biasa, warung menghabiskan 150 porsi dari berbagai menu. "Kalau hari libur lebih banyak," tambah dia.

Pelanggan, Ina (24), menilai, rasa yang disajikan rawon Warung Mamek sangat unik. Tak hanya enak di lidah, rasa kluwak pada kuah juga sangat terasa. Ditambah lagi, harga yang dibanderol warung cukup mumpuni untuk kalangan manapun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement