Ahad 18 Nov 2018 14:30 WIB

Yuk Icip-Icip Cita Rasa Lawas Depot Hok Lay Kota Malang

Terdapat enam menu legendaris yang hingga saat ini masih diminati pelanggan.

Rep: Wilda Fizriyani / Red: Agus Yulianto
Depot yang didirikan oleh keturunan Tionghoa Nj Dj Tio Hoo Poo ini memiliki luas tanah sekitar 300 meter. Dari luasan tersebut, depot dibangun di atas lahan sekitar 4 meter x 8 meter.
Foto: Foto-foto Wilda Fizriyani/Republika
Depot yang didirikan oleh keturunan Tionghoa Nj Dj Tio Hoo Poo ini memiliki luas tanah sekitar 300 meter. Dari luasan tersebut, depot dibangun di atas lahan sekitar 4 meter x 8 meter.

REPUBLIKA.CO.ID, Begitu banyak jejak sejarah yang tertinggal di Kota Malang hingga saat ini. Tidak hanya bangunan, tapi juga terdapat beberapa kuliner lawas yang masih menjadi incaran para wisatawan lokal maupun mancanegara.

Seperti lokasi-lokasi legendaris lainnya, wilayah sekitar Pasar Besar Kota Malang memang dikenal memiliki banyak jejak sejarah. Salah satu di antaranya depot Hok Lay yang berada di Jalan KH Ahmad Dahlan Nomor 10, Kota Malang. Depot sederhana yang telah berdiri sejak 1946 ini, sempat menjadi tempat berkumpulnya para pemuda di masa lampau.

Depot yang didirikan oleh keturunan Tionghoa Nj Dj Tio Hoo Poo ini memiliki luas tanah sekitar 300 meter. Dari luasan tersebut, depot dibangun di atas lahan sekitar 4 meter x 8 meter. "Dan Hok Lay sendiri artinya rezeki," ujar pemilik depot, Bambang Surya Widjaja.

Bangunan berwarna krem yang berada di pinggir jalan ini juga masih mempertahankan nuansa kelawasan. Tidak hanya lantai dan pintu tapi juga beberapa alat perlengkapan dagangan. Bangunan yang dibeli pada 1936 ini hanya mengalami sedikit perbaikan, terutama dari sisi atapnya.

Bambang menerangkan, terdapat enam menu legendaris yang hingga saat ini masih diminati pelanggan. Menu-menu tersebut, yakni lumpia Semarang, pangsit cwiemie, lomie, es puding simanalagi, es campur dan fosco. "Yang sudah ada dari dulu itu lumpia Semarang, pangsit cwiemie dan fosco. Kalau yang lain-lain itu tambahan seperti menu-menu nasi, bakso dan berbagai es," ujar pria yang berusia 60 tahun tersebut saat ditemui Republika.co.id, di depotnya, Kota Malang.

photo
Mi pansit Malang

Menurut Bambang, ide minuman fosco muncul dari kakeknya yang juga pendiri Hok Lay. Minuman jenis susu sapi dengan rasa cokelat ini menjadi ciri khas Hok Lay sejak dahulu. Kemudian semakin menarik dengan memasukan minuman yang memiliki rasa sedikit asin tersebut ke dalam botol Coca Cola berukuran 193 mililiter.

Bambang menjelaskan, resep minuman tidak pernah berubah sejak pertama kali diproduksi. Resepnya hanya susu sapi yang diambil dari Kota Batu, cokelat, dan gula secukupnya. Sementara arti fosco sendiri diambil dari bahasa Latin yang berarti gelap karena mengaitkan dengan warna minuman tersebut.

Selain fosco, ada juga makanan lumpia Semarang yang selalu menjadi daya tarik wisatawan hingga sekarang. Menurut Bambang, menu ini dijual karena sang kakek kebetulan berasal dari Semarang. Saat pindah, sang kakek berusaha memproduksinya dengan menyesuaikan rasa masyarakat Kota Malang.

Dibandingkan lumpia asal daerahnya, menu yang disajikan Hok Lay tidak terlalu manis rasa sausnya. Meski demikian, bahan-bahan yang dipakai tidak jauh beda dengan pada umumnya. Lumpia di Hok Lay tetap berisi irisan rebung, wortel dan ayam serta saus tauco.

photo
Lumpia Semarang

Menu pangsit cwiemie sebenarnya telah lama menjadi kuliner andalan Hok Lay sejak berdiri. Di masa 1950an, kuliner ini masih terbilang jarang diperjualbelikan sehingga antrian pembeli selalu tak terkendali. Bambang masih teringat betul cerita bagaimana antrian panjang warga sekitar untuk dapat mencicipi kuliner ini.

"Kalau sekarang sudah tidak lagi karena banyak yang jual mi di sini. Dulu cuman tiga sekarang sudah jutaan yang menjual mi, setiap jalan ada yang jualan," ujar pria yang lahir di Kota Malang ini.

Meski sudah tidak seperti dahulu lagi, Hok Lay masih tetap menjadi depot yang wajib dikunjungi saat berada di Kota Malang. Selain bangunan dan perlengkapan yang lawas, rasa kulinernya juga tidak pernah berubah. Di dalam depot, pengunjung dapat melihat kursi dan meja jati kuno serta lantai lawas yang warnanya sudah mulai memudar.

"Dulu warnanya kuning tapi sekarang sudah mulai memudar sehingga ada corak hitamnya. Lantai ini lebih kuat loh dari keramik. Itu juga kusen jendela dan pintu jati dari dulu tidak pernah berubah (serta) kuat," tegasnya.

Dari segi harga, menu-menu Hok Lay terbilang terjangkau dan seimbang dengan rasa yang ditawarkan. Sebanyak 30 menu makanan dan minuman di depot ini harganya berkisar Rp 6 ribu sampai Rp 23 ribu. Dengan kisaran harga ini, Hok Lay setidaknya mampu mendatangkan omzet sekitar Rp 10 juta per bulan.

photo
Es puding simanalagi

Untuk dapat menikmati menu-menu di depot ini, pengunjung hanya perlu datang setiap pukul 09.00 sampai 13.30 WIB. Kemudian dibuka kembali pada pukul 17.00 hingga 20.30 WIB setiap harinya. "Kita tutup cuma dua kali dalam sebulan, setiap Selasa di pekan kedua dan keempat. Itu dari dulu liburnya seperti itu," tambah dia.

Pengunjung Benni Indo mengaku, puas dengan penyajian kuliner dan tempat yang ditawarkan Hok Lay. Dari sejumlah menu yang tersedia, Benni lebih menyukai lumpia Semarang karena sangat sesuai dengan seleranya. "Kalau fosco itu agak asin rasanya, tapi enak sih," tambah dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement