Senin 26 Mar 2018 18:23 WIB

Empat Generasi Rujak Cingur Legendaris Malang

Sejak tahun 1951 rasa rujak cingur Pojok tidak pernah berubah.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Indira Rezkisari
Depot Rujak Pojok menjual rujak cingur selama empat generasi di Kota Malang.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Depot Rujak Pojok menjual rujak cingur selama empat generasi di Kota Malang.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tak mudah mempertahankan sebuah bisnis kuliner selama bertahun-tahun seperti yang dialami Depot Rujak Pojok. Depot yang berada di Jalan Pajajaran 258 Kota Malang ini telah bertahan selama empat generasi.

Cicit Pemilik Depot, Indra Agustina (38) menerangkan, warung rujak ini awalnya didirikan oleh buyutnya yang berdarah Cina. Pasangan Then Pian Shen dan Oe Tjie Iem membuka lapak kecil di Oro-oro Dowo dengan menjual rujak cingur, lontong cap gomeh, es kolak, es dawet dan gado-gado. Penjualan di wilayah itu bertahan dari 1951 sampai 1957. "Terus tahun 1958 pindah ke Jalan Pajajaran," kata Agustina saat ditemui wartawan di Depot Rujak Pojok, Senin (26/3).

Karena krisis politik Gerakan 30 September 1965 (G30S), Agustina menjelaskan, buyutnya pun pindah sementara ke wilayah Gondanglegi, Malang Selatan. Perpindahan ini untuk melindungi diri akibat penyerangan yang ramai terjadi di Kota Malang. Terlebih lagi kedua buyutnya berasal dari Republik Rakyat Cina (RRC).

Setelah krisis mulai mereda, buyut Agustina kembali berjualan di area Jalan Pajajaran sekitar 1968. Lokasi yang dekat dengan Stasiun Kota Baru ini terus menjadi depotnya hingga sekarang. Bahkan, warung yang dulunya hanya lapak kecil kini semakin luas sampai sekarang.

Mengenai pemilihan menu tradisional di masa awal pendirian, Agustina menyebutkan, buyutnya memiliki alasan tersendiri. Di masa itu, Kota Malang belum memiliki penjual rujak cingur sehingga warungnya sangat diminati warga sekitar. Ditambah lagi, buyut memiliki keinginan untuk dianggap sebagai masyarakat pribumi oleh warga Malang. "Karena itu mereka memilih menjual menu tradisional," ujar dia.

photo
Depot Rujak Pojok menjual rujak cingur selama empat generasi di Kota Malang.

Dibandingkan lainnya, Agustina mengungkapkan, menu rujak cingurnya memiliki ciri khas tersendiri. Sejak awal berdiri, komposisi resep rujaknya tidak pernah berubah. Dia memiliki resep rahasia keluarga tersendiri sehingga rasanya tak berubah sejak dulu.

Karena sudah memasuki usia renta, warung rujak diambilalihkah oleh sang nenek, Then Ok Chen pada 1978. Kemudian sang nenek menikah dengan pria Muslim asli Malang, Abdullah. Then Ok Chen pindah agama sehingga namanya berubah menjadi Maryam. Semenjak itu, warung rujaknya dikenal sebagai rujak Cikde.

"Terus diteruskan sama ibu saya sebagai generasi ketiga di 1987. Generasi keempat diteruskan kakak saya, Andry Kusuma sekitar 15 tahun lalu," jelas Agustina.

Sejak 2004, menu makanan di depot semakin diperbanyak. Semula yang hanya lima menu lalu diperbanyak hingga puluhan makanan dan minuman. Pembelinya pun semakin beragam, bahkan hingga kalangan artis. "Biasanya EO yang menunjukkan para artis untuk menikmati rujak cingur di sini," tambahnya.

photo
Depot Rujak Pojok menjual rujak cingur selama empat generasi di Kota Malang.

Harga menu makannya termasuk terjangkau mulai dari Rp 10 ribu sampai Rp 24 ribu per porsi. Dalam sehari, dia setidaknya berhasil mengumpulkan keuntungan kotor sekitar Rp 3 juta sampai 5 juta.

Ke depan, Agustina menyatakan, akan membuka jam malam untuk membuka menu khusus. Seperti diketahui, Depot Rujak Pojok hanya dibuka dari pukul 10.00 sampai 17.00 WIB. Jadwal ini tak pernah berubah sejak buyut mendirikan warung karena kedisiplinannya.

Agustina menerangkan, jadwal malam nantinya akan dibuka sampai sebelum pukul 00.00 WIB. Di jadwal tersebut, warungnya akan menjual menu ayam krispi, tahu lontong, tahu telor, ayam pedas, bakso, aneka pangsit dan nasi goreng. Pembukaan jadwal malam ini disengaja karena banyak pemuda yang sering mencari warung untuk dijadikan tempat tongkrongan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement