Sabtu 17 Feb 2018 19:17 WIB

Ragam Makanan Lezat Ini Picu Risiko Kanker, Apa Saja?

Penelitian menunjukkan hubungan makanan ultra-proses dengan risiko kanker.

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Nugget ayam
Foto: flickr
Nugget ayam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Makanan yang terlalu banyak diolah (ultra-proses) tak hanya minim akan kandungan gizi. Makanan ultra-proses seperti nugget ayam hingga mi instan juga dapat meningkatkan risiko kanker dengan cukup signifikan.

Hal ini diketahui berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti asal Prancis dan Brasil. Dalam penelitian tersebut, ada lebih dari 100 ribu orang dewasa yang terlibat untuk mengisi kuesioner mengenai detail makanan yang mereka konsumsi. Lima tahun setelah pengisian kuesioner, lebih dari 2.200 partisipan terdiagnosis dengan kanker.

Setelah melihat beragam data dan detail dari 3.300 makanan yang dikonsumsi para partisipan, tim peneliti menyimpulkan bahwa konsumsi makanan ultra-proses memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan risiko kanker secara umum. Untuk setiap 10 persen peningkatan konsumsi makanan ultra-proses dalam pola makan, risiko kanker akan meningkat lebih dari 10 persen.

"Peningkatan risiko kanker secara umum dan kanker payudara lebih besar dari 10 persen," terang tim peneliti melalui British Medical Journal seperti dilansir NBC.

Makanan ultra-proses yang dimaksud dalam studi ini adalah makanan yang terlalu banyak mengalami proses pengolahan. Makanan yang melalui lebih sedikit proses pengolahan seperti keju, pasta atau sayur kalengan tidak meningkatkan risiko kanker.

Beberapa contoh makanan ultra-proses yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kue dan roti yang diproduksi massal, minuman soda dan minuman bergula, mi instan dan sop instan serta makanan ringan kemasan baik yang memiliki rasa gurih maupun manis. Beberapa contoh lain dari makanan ultra-proses adalah permen atau kembang gula dan pencuci mulut yang diproduksi oleh industri, nugget ayam, nugget ikan dan bakso daging, produk daging olahan lain yang ditambahkan dengan pengawet seperti nitrit, makanan beku siap saji dan produk-produk makanan lain yang umumnya hanya terdiri dari gula, minyak dan lemak.

Tim peneliti menekankan bahwa hasil penelitian ini tidak menunjukkan bahwa makanan ultra-proses merupakan penyebab kanker. Akan tetapi, penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan mengonsumsi makanan ultra-proses dengan peningkatan risiko kanker. Peningkatan risiko kanker akibat konsumsi makanan ultra-proses tetap terlihat meski tim peneliti sudah memperhitungkan beragam faktor risiko kanker lain yang dimiliki para partisipan.

Para peneliti menilai ada beberapa kemungkinan makanan ultra-proses bisa meningkatkan risiko kanker. Salah satunya, makanan ultra-proses biasnaya tinggi akan lemak total, lemak jenuh dan garam serta gula tambahan. Di sisi lain, makanan ultra-proses seringkali mengandung sedikit serat juga vitamin.

Proses pengolahan makanan yang terlalu banyak juga dapat menciptakan senyawa karsinogenik seperti akrilamida dan hidrokarbon aromatik polisiklik. Makanan ultra-proses juga seringkali dijual dalam kemasan, sehingga tak menutup kemungkinan senyawa kimia pada kemasan keluar dan mengenai makanan ultra-proses. Tak lupa, makanan ultra-proses juga mengandung tambahan makanan yang legal namun kontroversial.

"Misalnya natrium nitrit (sodium nitrite) pada daging olahan atau titanium dioksida yang mana karinogenitasnya telah dibuktikan dalam penelitian terhadap hewan maupun model sel," tegas tim peneliti.

Beragam ahli masih memiliki satu suara terkait upaya pencegahan kanker. Beberapa upaya pencegahan kanker yang disarankan adalah mengonsumsi lebih banyak sayur dan buah segar, berolahraga rutin, menjaga berat badan ideal dan tidak menggunakan tembakau atau tidak merokok maupun terpapar asap rokok.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement