Senin 06 Nov 2017 06:39 WIB

Pasar PSPT Tebet Tawarkan Tempat Nongkrong Kekinian

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Indira Rezkisari
The PSPT Rooftop.
Foto: Republika/Hartifiany Praisra
The PSPT Rooftop.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekilas, tidak ada yang berbeda dari pasar PSPT Tebet, Jaksel. Gedung berwarna hijau penuh dengan banyak pedagang yang berjualan berbagai macam kebutuhan. Bau khas pasar pun tercium dari lantai basement. Namun, ketika masuk melalui pintu utama sebuah papan dengan lampu kelap kelip seakan mengajak pengunjung naik ke lantai paling atas.

 

Tiba di lantai paling atas, terdapat bangunan semi permanen terbuka. Tempat berbentuk huruf H ini akan memanjakan pengunjung dengan lebih dari 50 penjaja makanan. The PSPT Rooftop ini merupakan gaya baru dari tren foodcourt di Jakarta. Sekilas pengunjung akan lupa jika mereka sedang di lantai paling atas sebuah pasar tradisional.

Menurut Gilang Aradea Puja, CEO PT Gilang Bisma Raharja perusahaan yang mengelola The PSPT Rooftop, area ini memiliki tujuan untuk meramaikan pasar tradisional. Bagian atas gedung pasar disulap menjadi pusat kuliner dari masakan Indonesia, Asia, hingga Eropa bergabung menjadi satu.

"Pengisi tenant-nya kami ambil dari pembisnis muda, produk apapun boleh masuk. Untuk menghindari persaingan kami mematok setiap tennant tidak memiliki barang dagangan yang sama," kata Gilang pada Republika.co.id.

The PSPT Rooftop yang buka dari pukul 10.00 hingga 22.00 WIB ini juga memiliki panggung di area tengah foodcourt yang setiap akhir pekan turut meramaikan tempat ini. Uniknya, meski pasar tutup di sore hari, tempat ini seakan melanjutkan keramaian pasar di malam harinya. Karena pengunjung yang datang lebih banyak di malam hari. Suasana malam pun lebih terkesan romantis dengan dekorasi lampu gantung dan cahaya dominan kuning.

Harga jual yang ditawarkan pun sesuai dengan kantong. Menurut Gilang, sejak dibuka pada April lalu ini konsep pasar yang menjual harga murah tetap terjaga di foodcourt ini. Bahkan pengunjung yang ditargetkan usia muda pun kini mengarah pada orang dewasa.

"Awalnya kami menargetkan anak muda yang suka nongkrong. Namun setelah lima bulan berjalan ternyata persentase dari kedua kalangan ini 60-40. Anak muda masih mendominasi," lanjutnya.

Tangga depan pun baru ada sejak Juli lalu, sebelumnya pengunjung harus melewat tangga di samping gedung yang mengarah ke mushala pasar. Gilang mengungkapkan harapannya untuk memiliki lift khusus yang langsung mengarah ke The PSPT Rooftop. Gilang pun berencana untuk membuat tempat yang sama di pasar lain.

"Kami akan melihat dulu perkembangan The PSPT Rooftop dulu selama setahun. Karena Tebet terkenal dengan pusat kulinernya, kami memberikan fasilitas untuk menampung para pecinta kuliner maupun penjajanya," lanjutnya.

Yudha Adi (26) salah satu pengunjung yang baru pertama kali datang ke The PSPT Rooftop. Dia mengaku terkesan dengan konsep yang ditawarkan untuk kembali meramaikan pasar.

"Jika melihat kondisi awalnya, pemanfaatan lahan kosong menjadi tempat makan ini merupakan ide bagus. Foodcourt ini cukup kreatif, pemanfaatan lahan yang kurang terpakai diubah menjadi sesuatu yang wah. Di saat orang lain mendaur ulang sampah, tempat ini seperti mendaur ulang lokasi yang terkesan kuno menjadi tempat nongkrong yang asyik," kata pria yang bekerja sebagai pegawai swasta tersebut.

Gilang mengaku dari pihak pengelola akan terus melakukan terobosan terbaru. Sehingga ke depannya dapat berbenah mengikuti tren kekinian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement