REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mereka yang tinggal di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur, pasti mengenal asinan betawi Haji Mansyur. Ya, makanan khas Betawi ini memang mahsyur di kalangan penggemar kuliner bukan hanya di Rawamangun.
Sesuai namanya, Haji Mansyur adalah orang yang membuat kedai asinan betawi sejak 47 tahun lalu. Sebelum tahun 1970-an, pria asli Betawi ini berkeliling untuk menjual asinan yang diracik oleh kedua orang tuanya. Lelah menjajakan usahanya dengan keliling, akhirnya Mansyur memutuskan untuk membuka kedainya di rumahnya sendiri.
Rahayu Arianti, menantu dari anak ke delapan Haji Mansyur kepada Republika.co.id menjelaskan bahwa usaha ini memang menjadi usaha keluarga dari turun temurun. Sebenarnya, almarhum Haji Mansyur sendiri memiliki sembilan anak, namun hanya lima anaknya saja yang menjalankan usahanya tersebut. Saat ini, sudah generasi ketiga kedai asinan betawi ini berjalan.
“Dimulai dari orang tua Haji Mansyur, kemudian Haji Mansyur yang berjualan berkeliling, dan setelah Haji Manshur meninggal, anak-anaknya lah yang melanjutkan usaha ini, berarti ini sudah generasi ketiga,” ujarnya.
Setiap hari, lanjut Rahayu, kedai ini mampu menjual 500 porsi asinan setiap harinya. Terlebih jika akhir pekan tiba, asinan bisa habis terjual hingga dua kali lipatnya, yakni 1.000 porsi. Untuk omset sendiri, dirinya mengaku laba bersih yang didapat perhari bisa mencapai Rp 5 juta itu artinya satu bulan saja keluarga ini bisa mendapat untung bersih hingga Rp 150 juta.
“Harga untuk asinan sayur itu Rp 17 ribu dan asinan buah Rp 16 ribu, bisa dihitung sendiri jika sehari terjual minimal 500 porsi berapa keuntungan yang bisa didapat,” ujarnya.
Dari usaha asinan tersebut, keluarga Haji Mansyur ini bisa menaikkan beberapa dari keluarganya untuk pergi ibadah haji. Dari sembilan anaknya, ada lima keturunannya yang sudah menyandang gelar haji. “Ada lima orang anak H. Mansyur yang sudah haji. Semua biayanya didapat dari keuntungan jualan asinan ini,” imbuhnya.
Sabar dan tekun adalah kunci kesuksehan Haji Mansur dalam mempertahankan usahanya. Nilai-nilai tersebut pun yang ditanamkan kepada anak-anaknya yang melanjutkan usaha asinannya agar terus berjalan. Tidak hanya itu, dalam menanggapi persaingan pasar, Haji Mansyur sebelum berpulang di tahun 2008 lalu memesankan untuk tidak membuka cabang kedai asinan betawi miliknya ini.
“Jangan sampai kedai asinan ini buka cabang, karena belum tentu rezekinya sama atau sama larisnya dengan warung yang sudah kita buka di rumah sendiri ini,” ujar Haji Mansyur kepada anak kedelapannya, Muhammad Mansyur, sebelum meninggal.