Senin 23 Jan 2017 14:13 WIB

Dapur Solo 30 Tahun Menjaga Kualitas Makanan, Ini Rahasianya

Pendiri Restoran Dapur Solo, Swandani Kumarga.
Foto: dapur solo
Pendiri Restoran Dapur Solo, Swandani Kumarga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berawal dari garasi rumah, kemudian berpindah ke rumah toko (ruko), Dapur Solo kini telah merambah di 14 tempat di wilayah Jakarta. Pendiri Restoran Dapur Solo Swandani Kumarga berkeinginan menata makanan Indonesia agar memiliki sistem yang baik dan rasa yang selalu stabil.

"Kita memang belum seluruh Indonesia. Di luar kota Jakarta pangsa pasarnya masih besar sekali, dan kita harus punya sistem manajemen rapi dan bagus," kata perempuan yang akrab disapa Swan ini, Kamis (11/1).

Dengan perhitungan sistem yang matang menurutnya tidak cukup. Menurut dia, perlu ada manusia-manusia yang memiliki mental kuat untuk bekerja dan berkembang agar sukses menjalani bisnis kuliner. Hal ini yang membuat Dapur Solo bertahan selama 30 tahun. Kesungguhan untuk benar-benar bergerak di bidang kuliner menjadi kunci penting agar restoran yang digeluti tidak hanya mengikuti tren atau meriah di awal saja.

Swan menuturkan kepahaman di bidang kuliner menjadi salah satu kunci sukses bisnis kuliner. Ia berharap nantinya tumbuh kesadaran pelaku bisnis kuliner yang memang paham dalam bidang memasak. Jika memang tidak pintar dalam mengolahnya, Swan berharap, mereka tetap bisa mengenali bahan, masakan, pernah terlibat langsung di dapur, dan bisa mengelola karyawan.

Dia mengapresiasi banyaknya anak muda yang kini makin banyak turun di bisnis kuliner. Sebab tidak dipungkiri industri ini memang enak terlihat dan dianggap mudah dijalankan karena makan merupakan kebutuhan pokok manusia. Namun, setelah dijalankan perlu ekstra tenaga dan fokus, bukan bidang yang bisa diurus, tapi dalam istilah Swan perlu diopeni (telaten-red).

Hanya saja, ia sering menyayangkan anak muda terlalu terbuai dengan tren yang ditawarkan. Ajang uji coba tanpa persiapan matang tentang pengetahuan kuliner membuat restoran banyak yang mudah buka dan tutup dalam waktu sekejap.

"Banyak anak muda sejak adanya gawai dan sistem digital lebih banyak suka tampilan ketimbang pengalaman, ternyata di bidang kuliner ini sumber daya manusianya sangat penting. Makanya saya mau adakan road show di sekolah-sekolah tentang pentingnya terlibat bukan hanya melihat saja," kata Swan.

Menurut dia, bisnis kuliner juga harus digih. Dia mencontohkan, kondisi Indonesia saat ini yang barang kebutuhan pokok harga tidak stabil, seperti harga cabai yang membumbung tinggi, atau kelangkaan daging. Jika anak muda hanya ikut-ikutan saja, ketika terbentur masalah seperti itu maka akan sulit mencari jalan keluar, maka mental dan persiapan untuk jangka panjang tidak bisa dianggap enteng. Asal punya modal, kemudian terjun, dan sembarangan membuka cabang, namun ketahanan untuk bertahan sering kali tidak diperhitungkan.

Menjamurnya jenis makanan dari luar negeri dan mulai hadir di Indonesia, juga menjadi tantangan yang harus diperhitungkan. Meski begitu, Swan menilai, tetap saja masyarakat Indonesia  akan rindu masakan rumah dengan dasar makanan nasi. Sebab itu, hingga kini Dapur Solo tetap konsisten menghadirkan makanan rumah yang menjadi jiwa kuliner Indonesia.

Jangka panjangnya, Swan menginginkan kuliner Indonesia dapat memiliki standar yang sejajar dengan makan yang sudah lebih dulu dikenal internasional, seperti makanan Cina atau makanan Jepang. Dapur Solo memiliki mimpi besar untuk bisa memperkenalkan makanan Indonesia yang tidak dapat dilepaskan dengan kebudayaan Indonesia agar dikenal lebih luas.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement