Senin 28 Nov 2016 18:01 WIB

73,9 Persen Anak-Anak tak Rawat Karies Gigi

Mayoritas anak Indonesia berusia di atas 10 tahun menderita gigi berlubang (karies gigi) dan peradangan gusi (gingivitis). (ilustrasi)
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Mayoritas anak Indonesia berusia di atas 10 tahun menderita gigi berlubang (karies gigi) dan peradangan gusi (gingivitis). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sedikitnya 73,9 persen anak berusia 6-12 tahun memiliki karies gigi yang tidak dirawat. Padahal, target dari Badan Kesehatan Dunia maupun Federasi Profesi Dokter Gigi, 50 persen anak usia 5-6 tahun harus bebas dari karies gigi.

"Kondisi di Tanah Air untuk mencapai Indonesia bebas karies gigi masih jauh dari harapan. Target yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Federasi Profesi Dokter Gigi (FDI) juga sulit dicapai," kata Peneliti Ikatan Profesi Kedokteran Gigi Masyarakat indonesia (IPKESGIMI) drg Mellisa Adiatman kepada wartawan di Malang, Jawa Timur, Senin (28/11).

Ia mengemukakan berdasarkan hasil survey PT Unilever Tbk dan Pengurus Besar PDGI dan Ikatan Profesi Kedokteran Gigi Masyarakat Indonesia pada tahun 2015-2016, hanya 25,6 persen anak usia 6 tahun dan 42,3 persen anak usia 12 tahun yang bebas dari karies gigi.

Prevalensi karies gigi pada anak usia 6 tahun sebesar 74,4 persen dan anak usia 12 tahun bergeser menjadi 59,3 persen, artinya ada 73,9 persen anak usia 6 dan 12 tahun yang memiliki karies gigi tak terawat.

Menurut dia, penyebab utama karies gigi antara lain karena kebiasaan menyikat gigi yang salah dan kebiasaan tidak mengunjungi dokter gigi secara teratur. Terbukti masih banyak anak tidak gosok gigi teratur dan tidak mengunjungi dokter gigi selama 12 bulan terakhir untuk memperoleh perawatan.

Biasanya, katanya, 75 persen di antaranya hanya mengunjungi dokter gigi dalam keadaan gigi yang sudah sakit atau ada masalah pada gigi, gusi atau mulut.

"Kalau sudah merasakan sakit, biasanya pasien baru datang ke dokter, padahal ketika dalam kondisi sakit, gigi tidak boleh dicabut," urainya.

Kegiatan bulan kesehatan gigi nasional (BKNG) yang penutupannya dipusatkan di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Brawijaya (UB) Malang dalam rangka mengedukasi dan memberikan layanan kesehatan gigi dan mulut kepada 60 ribu warga di seluruh Indonesia.

Dekan FKG UB Malang drg R Setyohadi berharap acara ini mampu memberikan wawasan pada masyarakat Malang, khususnya untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. "Jangan malas gosok gigi, periksakan gigi ke dokter secara rutin, dan jangan datang ke dokter kalau pas sakit saja," katanya.

Menyinggung status kesehatan gigi masyarakat di Kota Malang, Setyohadi mengatakan telah memiliki kesadaran yang bagus untuk utilitasi pelayanan kesehatan gigi. Rasio pencabutan gigi di kota pendidikan itui mencapai 1,8 persen, artinya tindakan pencabutan lebih sedikit dibanding penambalan.

"Yang penting teruatur sikat gigi, sehari dua kali ketika setelah sarapan dan menjelang tidur, akan mengurangi risiko gigi berlubang hingga 50 persen," paparnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement