Kamis 12 Jun 2025 21:11 WIB

Satu dari Dua Peserta CKG Punya Masalah Gigi

Biasakan menggosok gigi dengan pasta gigi setelah makan dan sebelum tidur.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Dokter gigi melakukan perawatan kepada pasien (ilustrasi).  Dari sekitar 8 juta peserta CKG, ditemukan fakta bahwa satu dari dua orang memiliki masalah gigi.
Foto: Republika/Prayogi
Dokter gigi melakukan perawatan kepada pasien (ilustrasi). Dari sekitar 8 juta peserta CKG, ditemukan fakta bahwa satu dari dua orang memiliki masalah gigi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kesehatan gigi dan mulut sering kali luput dari perhatian utama, padahal memiliki dampak besar pada kualitas hidup dan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Data terbaru dari program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Indonesia menunjukkan, dari sekitar 8 juta peserta, ditemukan fakta bahwa satu dari dua orang memiliki masalah gigi.

"Jadi kalau dari peserta CKG ini 50 persen itu ada karies. Padahal target kita 2030 bebas karies di Rencana Aksi Nasional Kesehatan Gigi dan Mulut. Kemudian disusul dengan yang giginya hilang. Yang giginya hilang itu bisa karena dicabut atau bisa karena tanggal, itu 37 persen," ujarnya dalam temu media daring di Jakarta, Kamis (12/6/2025).

Baca Juga

Kemudian, katanya, sebanyak 9,7 persen memiliki gigi yang goyang, dan 12,4 persen gusinya turun. Iwan menilai bahwa data-data tersebut perlu menjadi perhatian, karena masalah pada gigi dapat menyebabkan penyakit lainnya.

Menurutnya, program CKG adalah upaya untuk mengetahui peserta yang punya masalah gigi, sehingga bisa langsung diatasi. Dia menggarisbawahi sejumlah hal yang perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan organ tersebut, yaitu membiasakan diri menggosok gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluoride setelah makan dan sebelum tidur, kemudian mengecek kesehatan gigi tiap enam bulan sekali.

"Kita harus batasi konsumsi makanan yang tinggi gula dan asamnya, karena ini dapat menyebabkan kerusakan gigi, kemudian ya mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengandung serat dan air," kata Iwan.

Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Maria Endang Sumiwi menyebutkan, CKG diharapkan dapat mengubah budaya publik menjadi berorientasi preventif, dari yang awalnya baru berobat saat sudah sakit. Menurutnya, kebiasaan baru berobat setelah sakit menjadi penyebab tingginya angka sakit gigi. Ketika sudah sakit, katanya, butuh pelayanan yang lebih rumit yang perlu dilakukan di rumah sakit.

"Sebetulnya kalau kita rajin untuk periksa gigi. Kita akan mendapatkan masalah-masalah yang masih di awal, yang mulai dari karies kecil. Itu bisa ditangani di puskesmas," kata Endang. Perawatan gigi yang mendasar, katanya, sangat aksesibel, dan penanganan masalah gigi juga juga ditanggung oleh BPJS Kesehatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement