Selasa 08 Nov 2016 08:14 WIB

The Merchant, Paduan Kuliner Barat dengan Bahan Lokal

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Indira Rezkisari
Kafe The Merchant di Como Park Kemang Timur, Jaksel.
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Kafe The Merchant di Como Park Kemang Timur, Jaksel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ukuran tempatnya memang tak begitu besar, tapi tetap tak mengurangi kenyamanan para pengunjungnya. Kafe The Merchant didesain untuk para konsumen yang menginginkan menu sarapan pagi atau breakfast lunch alis brunch  bergaya barat.

“Hampir kebanyakan makanan sarapan pagi yang lebih kebarat-baratan dan Australia tapi Indonesia juga ada,” kata Chef The Merchant Café, Wibowo Susanto saat ditemui Republika.co.id, di Como Park, Kemang Timur, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Pria yang dipanggil Bowo ini menerangkan, The Merchant merupakan outlet kedua yang dibuka secara keseluruhan di Indonesia dan pertama di Jakarta. Kafe pertama sudah lama dibuka di bandara internasional, Ngurah Rai Bali di lantai tiga. Dari kesuksesan yang di Bali, pihaknya pun mencoba membuka kafe serupa di Jakarta dengan lebih mengedepankan kuliner khas brunch.

Sisi unik dari kuliner kafe ini, yakni bahan makanan dan minuman yang digunakannya. The Merchant mencoba memadukan kuliner barat dengan bahan lokal Indonesia. Bowo menegaskan, sebanyak 80 sampai 90 persen bahan yang digunakan asli dari Indonesia.

“Kita gunakan yang terdekat saja. Kita tidak impor,” ujar Bowo.

Menurut Bowo, alasan pemanfaatan bahan lokal sebenarnya ada pada kesadaran lingkungan saja. Hal ini menunjukkan bahan lokal di Indonesia jelas tidak kalah berkualitasnya dengan impor. Begitu banyak bahan serupa yang selama ini telah dijual di sekitaran masyarakat terdekat. Seperti halnya buah-buahan dan kopi Indonesia yang memiliki cita rasa tinggi dan sesuai dengan selera masyarakat Indonesia.

“Dan hal terpenting tentu pengeluaran biaya yang relatif lebih murah. Semakin banyak impor, semakin besar biayanya. Jadi kita ingin meminimalisasi saja,”tambah dia.

Selain bahan lokal, pihaknya juga mengupayakan menggunakan bahan pengawet atau MSG seminimal mungkin pada makanan dan minumannya. Penggunaan bahan pengawet dan MSG biasanya hanya diperuntukkan pada makanan tertentu. Untuk itu, dia menjamin kuliner yang disediakan kafenya sehat bagi kalangan manapun.

Untuk harga yang ditawarkan pun relatif murah. Kisaran harga makanan dan minumannya dari Rp 15 ribu sampai Rp 175 ribu. Harga termahal ada pada menu steak.

Sementara untuk menu andalan kafenya, yakni Ayam Sambal Matah. Makanan yang berharga Rp 65 ribu ini terdiri dari nasi, ayam panggang, sambal Bali matah dan emping. “Lalu Banana Nola juga jadi andalan kami,” kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement