REPUBLIKA.CO.ID, Pannacota adalah dessert khas dari Italia. Di negara asalnya, makanan penutup ini disajikan di restoran-restoran berkelas tentu saja dengan harga selangit. Namun di Indonesia, Restoran A&W mencoba menyajikan menu ini untuk bisa dinikmati semua kalangan. "Di Italia, disajikannya di restoran high class. Ini tantangan kita, bagaimana makanan berkelas ini bisa dinikmati masyarakat luas," ujar Suryo Wiratno, Product Development and Quality Assurance Manager Restoran A&W, Selasa (2/11).
Maka lahirlah menu Pannacota Caramel ala A&W Restoran. Makanan penutup ini pun dibanderol dengan harga Rp 9.500 per porsinya.
Hidangan pencuci mulut khas Italia ini terbuat dari krim segar dengan tekstur yang sangat lembut. Dalam bahasa Italia panna berarti krim dan cotta berarti masak. Artinya, hidangan ini dikenal juga dengan sebutan cooked cream alias krim masak. Bahan dasar yang paling umum dipakai adalah krim segar, susu, gula dan gelatin.
Pannacota tampilannya sangat menggiurkan dengan warnanya putih susu. Rasanya creamy dan lembut. Biasanya, puding Italia ini dihidangkan dengan berbagai topping baik berupa buah-buahan dan selai buah. Namun A&W Restoran, memilih saus butter caramel sebagai topping.
Konon pencuci mulut ini berasal dari daerah bernama Langhe di Piedmont, Italia Selatan. Diciptakan oleh seorang wanita asal Hungaria pada abad ke 19. Versi asli dessert yang diciptakan perempuan ini memakai telur, kopi, dan vanili.
Saat itu, gelatin dibuat dari sari tulang ikan yang direbus. Gelatin kini mudah didapat dalam bentuk bubuk dan lembar di toko bahan kue dan pasar swalayan besar. Namun hati-hati, pastikan jika gelatin yang dipakai adalah berbahan halal.
Berbeda dengan agar-agar, penambahan gelatin membuat memberi tekstur lentur lembut pada pannacotta. "Kami menjamin bahan-bahan yang digunakan termasuk gelatin semua halal," kata Suryo.
Menurut Suryo sebelum dilempar ke pasaran, pihaknya sudah melakukan survei terlebih dahulu. Begitu pula, pihak LPPOM MUI sudah meneliti bahan-bahan yang akan diolah menjadi aneka hidangan penutup tersebut. Menu-menu hasil inovasi itu diperkirakan akan bisa diterima pasar. Suryo pun mengakui ada beberapa bahan yang memang masih diimpor dari luar negeri. "Tapi 80 persen kami menggunakan local content," katanya.
Peluncuran menu dessert ini, Suryo mengatakan, akan dipasarkan sekitar tiga atau empat bulan ke depan. Meski demikian, dia menambakan, promo ini bisa saja diperpanjang jika melihat angka penjualan yang memenuhi target atau atas permintaan konsumen.