Senin 17 Oct 2016 13:48 WIB

Usia Anak Membedakan Cara Pahami Konsep Kebohongan

Rep: Desy Susilawati/ Red: Andi Nur Aminah
Melewati usia tertentu bukan tidak mungkin anak berbohong.
Foto: pixabay
Melewati usia tertentu bukan tidak mungkin anak berbohong.

REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah penelitian baru-baru ini menemukan hanya 54 persen orang tua yang mampu mendeteksi anaknya sedang berbohong atau tidak. Studi di tempat terpisah, peneliti memeriksa perkembangan pemahaman moral anak. Mereka menemukan persepsi kebenaran dan kebohongan mereka berubah dari waktu ke waktu.

Seorang anak kecil dapat melihat konsep sebenarnya. Dia menganggap ketidakjujuran selalu dilihat sebagai suatu hal yang buruk. Sebaliknya pada anak yang lebih tua, memiliki perbedaan pandangan yang lebih dan akan mempertimbangkan maksud dan hasil situasi dengan baik .

Peneliti dari McGill University menganalisa perilaku hampir 100 anak antara usia enam sampai 12 tahun. Mereka masing-masing ditunjukkan sebuah video pendek berisi boneka kenakan-kanakan yang masing-masing mengatakan kebenaran dan kebohongan. Hasil dari keputusan ini bervariasi.

Dalam beberapa skenario dikatakan sebuah kebohongan dapat menyebabkan karakter yang merugikan atau lainnya. Sebuah kebohongan diharapkan dapat membantu seseorang yang memiliki hasil negatif dari suaranya.

Para peneliti juga menunjukkan video boneka yang berbeda menceritakan perbedaan kebenaran termasuk ‘mengadu’ menyoroti bagaimana ini bisa merugikan seseorang juga. Kemudian anak-anak diminta untuk memutuskan karakter sedang jujur atau bohong, dan memilih apakah perilaku harus dihargai atau dihukum.

“Lihat bagaimana anak-anak melihat kejujuran dan tipu muslihat merupakan suatu cara memperoleh pengertian ke dalam tahap yang berbeda dari perkembangan moral dan bina sosial,” ujar Victoria Talwar, seorang kepala peneliti Kanada di McGill’s Department of Educational and Counselling Psychology.

Anak-anak mendapatkan banyak pesan dari orang tua mereka yang mengatakan bahwa berbohong adalah hal buruk. Tapi pada saat yang sama mereka melihat orang tua mereka mengatakan ‘kebohongan putih’ untuk membuat hidup lebih mudah. Tergantung pada usia mereka, kemungkinan besar ini akan sedikit membingungkan untuk anak-anak.

“Kami berminat untuk memperoleh perbedaan yang sedikit lebih dan persepsi gambaran anak-anak mengenai kebenaran dan kebohongan. Tidak semua kebohongan merupakan konsekuensi negatif untuk orang lain. Dan tidak semua kebenaran memberikan konsekuensi positif bagi orang lain. Kita ingin tahu di usia berapa anak mulai memahami ini,” ujarnya.

Secara keseluruhan, anak-anak itu mudah dapat membedakan antara kebenaran dan kebohongan, tanpa memandang usia. Dalam memutuskan perilaku untuk hadiah atau kutukan, para peneliti mencatat perbedaan yang signifikan termasuk orang-orang dalam dua kelompok usia.

Ketika mengkaji sebuah skenario pengakuan kebohongan, di mana karakter akan klaim bertanggung jawab atas karakter buruk lain, anak-anak yang lebih muda itu cenderung lebih mudah melihat hal ini sebagai perilaku negatif dari anak-anak yang lebih tua. Kecenderungan yang sama terlihat dalam kasus mengadu.

“Sementara anak-anak yang berusia lebih muda kurang perhatian dengan dampak negatif dari mengatakan kebenaran, anak-anak yang lebih tua seringkali penuh konflik. Apa yang kita lihat pada kebingungan anak-anak seputar jenis kebenaran dan kebohongan tertentu,” ujar Shanna Mary Williams.

Anak-anak yang lebih muda melihat hal lebih kepada kebenaran sebenarnya, kebenaran yang baik dan kebohongan yang buruk. Tapi ketika mereka berusia 10 sampai 12 tahun, anak-anak menjadi lebih mudah mengetahui kebenaran dan kebohongan.

Anak yang lebih tua, merupakan anak yang lebih menarik sebagai konsekuensi aksinya. Mereka juga lebih mungkin untuk mulai melihat maksud di belakang kata-katanya.

Anak yang lebih muda mungkin membuat keputusan mereka berdasarkan pada apa yang mereka katakan pada orang tua dan pemberi perhatian. Juga mencerminkan pandangan hitam putih kebohongan dan kebenaran. Ketika anak lebih tua, mereka mungkin menjadi lebih prihatin dengan bagaimana keputusan mereka akan berpengaruh pada yang lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement