Rabu 05 Oct 2016 07:31 WIB

Beri MPASI, Orang Tua Bisa Bantu Urai Masalah Gizi Indonesia

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Setelah 6 bulan bayi perlu diberi makanan tambahan pendamping ASI.
Foto: flickr
Setelah 6 bulan bayi perlu diberi makanan tambahan pendamping ASI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) adalah hal yang sangat penting dan dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pakar gizi Ali Khomsan mengatakan, makanan semipadat yang diberikan saat bayi berusia enam sampai 24 bulan itu juga dapat membantu permasalahan gizi di Indonesia.

"Para ibu bisa membantu pemerintah memerangi masalah gizi yang masih sulit diselesaikan dengan memberikan makanan baik dan berkualitas yang memenuhi syarat-syarat gizi untuk anak," ungkap Ali saat menjadi pembicara di konferensi pers peluncuran Sun Ubi Ungu di Jakarta.

Guru Besar Pangan dan Gizi IPB itu menjelaskan, ada tiga masalah utama yang dihadapi Indonesia akibat kekurangan gizi. Masalah tersebut yakni tinggi badan rendah berdasarkan umur (stunting), berat badan yang rendah menurut tinggi badan (wasting), dan berat badan yang rendah menurut umur (underweight).

Pria kelahiran Ambarawa, 2 Februari 1960 itu menengarai, semua itu disebabkan kurangnya asupan gizi pada masa rawan tumbuh kembang anak yaitu sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Alhasil, dampaknya menjadi permanen dan berpengaruh pada kondisi fisik serta kognitif anak di masa depan.

Untuk mencegahnya, kata Ali, ibu dapat menyiapkan MP-ASI yang tepat yakni kaya energi, protein, dan gizi mikro. MP-ASI juga sebaiknya terbuat dari bahan pangan lokal, mudah ditelan, disukai anak-anak, dan mudah penyiapannya sehingga ibu tidak kerepotan.

Penulis buku Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup itu mencontohkan, ibu bisa membuat bubur atau puree dari kombinasi bahan makanan pokok, buah, dan sayuran. Pilihan bahan dasar MPASI yang mudah diolah antara lain bayam, labu kuning, ubi ungu, wortel, brokoli, pisang, apel, alpukat, dan masih banyak lagi.

"Semakin beragam bahan lokal yang digunakan akan semakin baik sebagai upaya diversifikasi, sekaligus mengurangi ketergantungan kepada beras sejak dini," tutur peraih gelar doktor di bidang Family and Consumer Sciences Education dari Iowa State University Amerika Serikat itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement