REPUBLIKA.CO.ID, Menjelang Lebaran seperti ini biasanya pekerjaan rumah tangga menumpuk. Sementara si ‘bibi’ sudah mudik ke kampung halamannya. Jika pekerjaan rumah tidak dirapihkan sedikit demi sedikit, tentu saja lama kelamaan akan menjadi bukit.
Sambil menunggu bala bantuan datang, otomatis pekerjaan rumah harus dikerjakan sendiri. Berat memang, tapi jangan khawatir, salah satu solusinya ajaklah anak bekerjasama merapihkan pekerjaan rumah.
Menurut Psikolog Klinis Anak, Nadya Pramudita, di Indonesia orang-orang yang tinggal di kota besar seperti Jakarta kebanyakan "dimanja" oleh adanya asisten rumah tangga (ART). Bahkan di keluarga dengan ibu yang tidak bekerja, pada umumnya ada ART yang membantu pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.
Namun, ketika sang ART pulang ke kampung halamannya, terutama saat Lebaran, mereka mulai kewalahan. Dalam situasi seperti ini otomatis keluargalah yang bertanggung jawab terhadap segala pekerjaan rumah tangga selama beberapa hari tersebut.
“Ini adalah saat yang tepat untuk mengajak anak mengembangkan rasa tanggung jawabnya terhadap keadaan rumah,” ujarnya kepada Republika.co.id.
Mengajak anak untuk melakukan tugas rumah tangga tentu saja tidak mudah. Nadya menyarankan sebaiknya mengajak anak membantu pekerjaan rumah tangga dengan cara yang baik. Jangan dipandang sebagai kewajiban, karena anak akan menerimanya sebagai beban.
“Pada dasarnya anak senang membantu apa yang dikerjakan oleh orang tuanya. Berikan contoh maka anak akan meniru,” ujarnya.Menurutnya, anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Bagi ibu rumah tangga, mungkin akan mudah memberikan contoh.
Namun bagi ibu bekerja bagaimana caranya? Di hari kerja, orang tua (termasuk ibu) akan bekerja, dan anak akan sekolah dengan segala les.
Menurutnya rutinitas pekerjaan rumah tangga tetap bisa dilakukan, misalnya kebiasaan mengatur meja makan sebelum makan malam, dan membiarkan ART hanya memasak makanan. Atau bisa juga di akhir pekan ayah mengajak anak lakinya mencuci mobil atau menyikat lantai garasi.