Rabu 18 May 2016 06:58 WIB

Menjemput Tujuh Hantu Menakutkan di Sungai Kampar

Peselancar asal Australia, James Cotton
Foto:

Pengemudi speedboat (tekong) haruslah seorang yang berpengalaman, paham dan mengetahui lika-liku perjalanan serta alur sungai dan mampu 'membaca' keadaan arus air dan arus angin.

Karena jika tidak, kondisi jalur sungai yang akan selalu berubah-ubah disebabkan perubahan dasar sungai akan sangat membahayakan. Kemampuan membaca keadaan tersebut penting bagi para tekong dalam menjaga speedboat agar tidak kandas di dasar sungai yang dangkal.

Sebab jika sampai speedboat kandas tak bisa bergerak, dikhawatirkan gelombang Bono yang tiba-tiba datang akan menerjang dan menelan speedboat. Sebisa mungkin, kondisi speedboat sebelum mencari dan memburu Bono dipastikan sehat. Agar tidak terjadi sesuatu hal yang tak diinginkan. Karena gulungan Bono cukup berbahaya.

Untuk bertemu dengan Bono, biasanya warga setempat pergi sekitar pukul 12.00 setelah shalat Dzuhur. Kapal-kapal yang akan melintas pun biasanya mulai tertambat di pepohonan pinggir sungai.

Mereka sengaja merapat agar tidak terkena gulungan ombak yang dapat mengombang-ambingkan kapal mereka. Untuk menunggu Bono pun diperlukan kesabaran.

Bila jam 12.00 kapal mulai berangkat, Anda baru bisa akan bertemu dengan Bono sekitar pukul 14.00. Beda hal bila Anda menunggunya di kawasan Pulau Muda.

Bono ini sebenarnya terdapat di dua lokasi di Provinsi Riau yaitu di Muara (Kuala) Sungai Kampar Kabupaten Pelalawan dan di Muara (Kuala) Sungai Rokan di Kabupaten Rokan Hilir.

Masyarakat setempat menyebut Bono di Kuala Kampar sebagai Bono Jantan karena lebih besar, sedangkan Bono di Kuala Rokan sebagai Bono Betina karena lebih kecil.

Menurut kepercayaan warga, gelombang bono yang ada di sungai kampar adalah bono jantan, sementara bono betinanya berada di daerah Sungai Rokan, dekat dengan Kota Bagansiapi-api.

Bono di kuala kampar tersebut berjumlah tujuh ekor, dimana bentuknya serupa kuda yang biasa disebut dengan induk Bono. Pada musim pasang mati, bono ini akan pergi ke Sungai Rokan untuk menemui bono betina. Kemudian bersantai menuju ke selat Malaka. Itulah sebabnya ketika bulan kecil dan pasang mati, bono tidak ditemukan di kedua sungai tersebut. Jika bulan mulai besar, kembalilah bono ketempat masing-masing, lalu main memudiki sungai Kampar dan sungai Rokan. Semakin penuh bulan di langit, semakin gembira bono berpacu memudiki kedua sungai itu.

 

 

 

 

 

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement