REPUBLIKA.CO.ID, Berselancar di atas ombak lautan luas sudah hal yang sering terjadi. Namun, berselancar dari atas ombak di sungai, sudah barang tentu hal yang sangat spesial dan hanya ada di Riau.
Berselancar di atas ombak lautan luas memang menyenangkan. Tak ayal, olahraga yang satu ini banyak menarik minat wisatawan, baik itu domestik maupun mancanegara. Namun bagaimana bila bermain selancar dari atas ombak di sungai, apa itu mungkin terjadi?
Jawabannya tentu ya. Ombak bukan hanya terjadi di lautan lepas saja, namun di sungai ini ombak berdurasi dua sampai tiga jam benar-benar terjadi.
Dengan ketinggian yang bervariasi, kecepatan rata-rata ombak ini 40 km/jam. Bahkan menariknya lagi, ombak di sungai ini bisa dijadikan spot berselancar. Sangat istimewa bukan? Bahkan, ombak di lautan luas saja terkadang tidak semuanya bisa digunakan untuk selancar.
Berada di Desa Muda, Sungai Kampar, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau ini dinamakan Bono. Bono yang memiliki arti gelombang atau ombak itu dulunya merupakan sesuatu hal yang mengerikan bagi warga di sekitaran Sungai Kampar.
Bagaimana tidak, sapuan Gelombang Bono ini mampu mengikiskan lapisan tanah gambut dan menghanyutkan rumah warga yang berada di pinggir sungai. Bono adalah fenomena alam yang terjadi akibat bertemunya arus pasang air laut dengan arus pasang air sungai.
Fenomena ini hanya terjadi pada waktu tertentu, yaitu saat bulan purnama atau masyarakat setempat menyebutnya sebagai bulan besar. Bulan purnama terjadi setiap tanggal 10-20 dalam perhitungan bulan Melayu (Arab) atau pada kisaran bulan Agustus-Desember. Pada saat bulan kecil (musim pasang mati), Bono nyaris tidak ada.
Terbentuknya gelombang Bono didukung kondisi alam dimana terdapat penyempitan pertemuan arus adanya sebuah pulau muda yang membelah bagian muara Sungai Kampar.
Kemunculan Bono biasanya ditandai terdengarnya suara gemuruh seperti guntur diiringi hembusan angin yang kencang, disusul terbentuknya gelombang dan ombak besar bergulung-gulung.
Namun, menurut kepercayaan warga setempat, bila sebelum kedatangan Bono disertai hujan besar dengan kondisi langit yang cerah, pertanda Bono akan terjadi jauh lebih besar ketimbang sebelumnya.
Bono bergerak dari arah muara menuju hulu sungai atau diawali dari Pulau Muda sampai dengan Teluk Binjai di Sungai Kampar. Ketinggian gelombangnya bisa mencapai 4-6 meter saat musim pasang tinggi.
Menurut pengakuan warga sekitar, dulu kala Gelombang Bono bisa setinggi 12 meter, itu mengapa warga banyak yang merasa takut bila suara gemuruh Bono sudah terdengar dari kejauhan.
Bono dikenal juga dengan sebutan gelombang tujuh hantu (Seven Ghosts). Hal tersebut dikarenakan gelombang yang dihasilkan bisa mencapai tujuh lapis gelombang berurutan dan bahkan dapat menciptakan kubah (barrel), tak ubahnya gelombang di laut.
Uniknya lagi, gelombang ini bahkan bergulung-gulung dalam durasi waktu yang jauh lama, bisa hingga 2- 3 jam. Tentu bila dibandingkan dengan gelombang di laut yang hanya terjadi sebentar saja, Gelombang Bono ini spesial dan hanya ada satu-satunya di Indonesia. Karena kehebatannya, gelombang Bono tidak disarankan untuk peselancar pemula.