REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNG PINANG -- Rombongan kerajaan atau kedatuan Luwu (Sulawesi Selatan) melakukan kunjungan sekaligus silaturahmi dengan menelusuri kerabat di Semenanjung Melayu. Kunjungan ini merupakan bagian dari pelaksanaan perjalanan muhibah serta rangkaian kegiatan Festival Tana Luwu 2017 mendatang yang akan dilaksanakan Kedatuan Luwu, Sulawesi Selatan.
Kunjungan ini dipimpin langsung Datu Luwu ke 40, Andi Maradang Mackulau Opu To Bau. Perjalanan silaturahmi ini disamping sebagai langkah awal promosi budaya Tana Luwu sekaligus juga guna menyambung hubungan kekerabatan antara Kerajaan di Semenanjung Melayu dengan Kedatuan Luwu. Dalam skala yang lebih tinggi juga diharapkan dapat mempererat hubungan budaya Indonesia, Singapura dan Malaysia sebagai masyarakat serumpun.
Di hari pertama, rombongan yang tiba di Tanjung Pinang, Sabtu (15/5) langsung berziarah ke makam Daeng Celak. Menurut Raja Malik, keturunan ketujuh kerabat kedatuan Luwu di Tanjung Pinang, Daeng Celak adalah Yang Dipertuan Muda Riau II yang memerintah pada 1728-1745. Dia menggantikan Daeng Marewa atau Yang Dipertuan Muda Riau I.
Dia menjelaskan, Daeng Celak merupakan salah satu Opu Bugis yang menikah dengan bangswan Melayu bernama Tengku Mandak. Setelah Yang Dipertuan Muda Riau III (Daeng Kamboja) wafat, maka jabatan Yang Dipertuan Muda selanjutnya dipegang oleh anak cucu Daeng Celak. Mereka ini sudah berketurunan Bugis Melayu. "Jadi disini kalau disebut raja itu pasti keturunan dari Kedatuan Luwu," ujarnya Sabtu (15/5).
Setelah mengunjungi makam Daeng Celak, rombongan yang terdiri atas 39 orang itu juga berziarah ke makam Daeng Marewah. Makam ini berada tak begitu jauh dengan lokasi makam Daeng Celak. Warna kuning menjadi warna dominan makam raja-raja tersebut.