Senin 04 Apr 2016 07:52 WIB

Bayi Kelewat Tenang? Waspadai Kemungkinan Autisme

Seorang ibu bermain dengan putrinya yang memiliki autisme. April merupakan bulan penggalangan kesadaran terhadap gangguan autisme di seluruh dunia.
Foto: EPA
Seorang ibu bermain dengan putrinya yang memiliki autisme. April merupakan bulan penggalangan kesadaran terhadap gangguan autisme di seluruh dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, Tumbuh kembang anak seringkali difokuskan semata pada asupan nutrisinya. Orang tua anak usia nol hingga tiga tahun kerap merasa memberikan makanan yang terbaik, serta kasih sayang sudah cukup untuk mengantarkan anak menuju masa balita.

Padahal sedari lahir anak tidak lepas dari mkesehatan mental. Dokter spesialis kesehatan jiwa dan konsultan psikiatri anak dan remaja RS Pondok Indah dr Ika Widyawati, Sp KJ(K) mengatakan tumbuh kembang anak dari segi mental tidak boleh diabaikan. "Kalau sudah tiga bulan, misalnya, belum bisa tektok dalam arti belum bisa berinteraksi, itu harus diwaspadai," kata Ika.

Seringkali orang tua menganggap bayinya masih bayi hingga belum memasuki masa untuk bisa melakukan sejumlah capaian. "Orang tua suka tidak sadar, menganggap bayinya kelewat tenang. Padahal itu harus dicurigai," ujarnya.

Salah satu masalah kesehatan mental anak adalah autisme. Gangguan ini sering muncul di usia dini, biasanya sebelum menginjak tiga tahun.

Ika memaparkan gejala utama anak autisme. Pertama adalah minimnya atau tidak adanya kualitas interaksi sosial anak. Dokter yang juga kepala divisi psikiatri anak FKUI tahun 2008-2013 itu menjelaskan anak mampu berkomunikasi verbal dan non-verbal. "Misalnya anak itu harus bisa menunjuk saat lihat pesawat terbang atau cicak di dinding," katanya. Sederhana, tapi inilah salah satu bentuk tumbuh kembang kesehatan mental anak.

Anak dengan autisme juga bisa memiliki perilaku minat yang terbatas. Mereka cenderung menyukai gerakan berulang tanpa tujuan. Contohnya menggemari melihat roda mainan mobil-mobilan berputar selama berjam-jam lamanya.

Gejala ketiga adalah respons yang tidak wajar terhadap pengalaman sensorik. Anak dengan autisme umumnya terlalu sensitif sensoriknya hingga sulit dipakaikan baju dengan kerah atau misalnya tidak bisa tersentuh kulitnya dengan label pakaian. Di sisi lain ada anak yang sensoriknya tidak sensitif sama sekali, misalnya terjatuh hingga berdarah namun tidak merasa sakit sama sekali.

Kemampuan berbahasa, berbicara, dan komunikasi anak autisme juga umumnya terganggu. Telat bicara juga jadi salah satu indikasi anak memiliki gangguan autisme.

Secara sederhana, Ika mengatakan jika orang tua ingin mengetes apakah anaknya autisme atau tidak ada tujuh indikasi yang bisa diperhatikan. Yakni, anak tidak bisa menunjuk atau mengoceh pada usia 12 bulan. Lalu, anak tidak bisa melihat ke benda yang ditunjuk orang lain dari jauh, kemampuan bicara anak tiba-tiba menghilang, anak tidak merespons saat dipanggil namanya, anak tidak bisa mengucapkan satu katapun pada usia 16 bulan, hilangnya kemampuan sosial pada usia kapan saja, dan anak tidak bisa bermain pura-pura.

Bila menemukan satu saja dari indikasi tersebut Ika menyarankan orang tua untuk segera berkonsultasi dengan dokter tumbuh kembang anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement