REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog dari Universitas Indonesia, Rose Mini Agoes Salim, mengimbau orang tua memahami batasan dalam memberi tanggung jawab kepada anak agar tidak terjebak dalam praktik parentifikasi. Parentifikasi adalah kondisi ketika anak dibebani peran dan tanggung jawab orang dewasa, baik secara fisik maupun emosional, yang dapat mengganggu tumbuh kembangnya.
"Parentifikasi itu tidak baik bagi perkembangan anak. Jika ini terus dibiarkan, anak bisa kehilangan kesempatan untuk berkembang secara optimal. Sehingga tentu orang tua perlu lebih bijaksana," kata Rose saat dihubungi Republika.co.id Ahad (20/7/2025).
Untuk mencegah terjadinya parentifikasi, Rose menyarankan orang tua melakukan hal-hal berikut:
1. Kenali bentuk parentifikasi
Rose menjelaskan parentifikasi tidak hanya soal ekonomi, tetapi juga beban pengasuhan, tanggung jawab emosional, hingga pengambilan keputusan yang terlalu dewasa bagi usia anak. Setelah memahami bentuk parentifikasi, orang tua diharapkan dapat lebih bijak dalam membagi peran di dalam keluarga agar tidak membebani satu anak secara berlebihan.
2. Pertimbangkan kapasitas anak
Rose menekankan pentingnya mempertimbangkan apakah tanggung jawab tersebut sesuai dengan usia dan kemampuan anak.
3. Bagi beban secara adil
Jika memiliki lebih dari satu anak, jelas Rose, hindari membebankan semua tugas hanya pada satu anak. Pembagian peran yang seimbang dapat meringankan beban emosional anak.
4. Dukung pertumbuhan anak
Pastikan anak tetap punya ruang untuk belajar, bersosialisasi, dan merencanakan masa depan mereka tanpa beban yang menghambat.
5. Jaga keseimbangan psikologis anak
Rose mengungkapkan beban yang berlebihan bisa berdampak pada kesehatan mental dan emosional anak, bahkan hingga usia dewasa.
6. Libatkan anak secara wajar
Menurut Rose, melibatkan anak dalam urusan keluarga boleh-boleh saja. Asalkan tetap harus dalam kadar yang sesuai dan tidak memaksa mereka menjadi dewasa sebelum waktunya.