Kamis 12 Nov 2015 08:50 WIB
Hari Ayah Nasional

Ayah, Jangan Lagi Bilang Anak Laki tak Boleh Menangis

Rep: C30/ Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, "Jadi anak laki jangan cengeng!"

Rasanya, kalimat tersebut sering didengar. Bahkan mungkin kerap dilontarkan ke anak laki-laki di rumah.

Ya, orang tua seringkali memberikan label pada anaknya. Berharap anak laki-lakinya tumbuh menjadi pria yang berani, pria yang mandiri, dan pria yang kuat. Lantas, tidak bolehkah seorang pria menangis?

Jika memang budaya dan kondisi mengharuskan laki-laki terus hidup dalam bayang-bayang kalimat "tidak boleh menangis" bagaimana cara mereka mengekspresikan ketakutan, kesedihan, dan kesakitannya?

Saat anak laki-laki jatuh dari sepeda kemudian dia menangis lantas orang tua mengatakan, "sudah jangan menangis, masa anak laki kok nangis, tuh lihat, Lida yang perempuan saja nggak nangis."

Pernahkah satu kali Anda memikirkan bagaimana perasaannya setelah Anda berbicara demikian? Atau Anda mencoba berada dalam posisinya?

Yang terjadi setelah Anda mengucapkan kalimat itu, anak akan bingung. Dia akan merasa tidak dihargai dan tidak dimengerti, dia juga akan merasa dipermalukan, terpojok, dan kecewa.

(baca: Ayah Edy Sekarang Zamannya Team Work Mengasuh Anak)

"Label ini akan membuat anak memiliki masalah dalam mengekspreskan emosinya dan sulit beradaptasi," ujar psikolog dan dosen di Universitas Indonesia, Edward Andriyanto Soetardhio, ditemui di Sekolah Kirana, Jagakarsa, Jaksel, akhir pekan lalu.

Sebuah penelitian dilakukan di Amerika Serikat. Laki-laki diketahui memiliki masalah di mana segala sesuatu boleh masuk namun tidak diperkenankan untuk keluar. Ibaratnya, segala sesuatu akan masuk ke dalam karung, lalu lama-kelamaan karung akan penuh, menumpuk, sesak, menekan, dan stres.

"Itulah kenapa sekarang banyak laki-laki yang depresi, sering kali angka kekerasan meledak itu karena emosi yang tidak tersalurkan dan terlalu lama tertahan. Dan laki-laki bukan saja sebagai pelaku tapi dia juga korban budaya yang ada di Indonesia," ujar Andriyanto.

Adriyanto berharap tidak ada lagi label seperti itu. Semua orang bisa menyalurkan emosinya, dan percaya atau tidak dalam ilmu biologi ada hormon "kasih sayang" di mana saat anak menangis sentuhan atau pelukan ayah yang mana kulitnya menempel pada kulit anaknya akan mengendorkan rasa sakit itu dan membuat tangisnya mereda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement