Rabu 11 Nov 2015 06:16 WIB
Hari Pahlawan

Bertamu ke Rumah Pengasingan Cut Nyak Dien

Rumah pengasingan Cut Nyak Dien di Sumedang.
Foto: angga/republika
Makam Cut Nyak Dien di Gunung Puyuh, Sumedang.

Bergerak lima kilometer dari rumah bekas pengasingan, di sinilah peristirahatan terakhir Cut Nyak Dien. Lokasi pemakaman berada di komplek makam Gunung Puyuh, sebelah barat laut dari Masjid Agung Sumedang.

Nisan Cut Nyak Dien berbatu alam dengan ukiran sepasang rencong menyilang. Lokasi makamnya berada di ujung jalan di tengah komplek makam yang juga diisi para keturunan Pangeran Sumedang. Lokasi pemakam asri dalam komplek yang dibangun di atas sebuah bukit kecil di tengah kota.

Meski dikebumikan pada 6 November 1908, identitas tentang makam Cut Nyak Dien juga ternyata baru ditemukan pada 1959. Penemuan dilakukan atas permintaan Gurbenur Aceh saat itu, Ali Hasan. Pencarian dilakukan berdasarkan data yang ditemukan dari sejumlah dokumen Belanda.

Dalam dokumennya, pemerintah Belanda hanya menyebut ada hanya satu tahanan politik perempuan Aceh yang dikirim ke Sumedang. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa Ibu Prabu itu adalah adalah Cut Nyak Dien. Catatan itu tertuang dalam Surat Keputusan No. 23 (Kolonial Verslag 1907:12). Disebutkan, bahwa Belanda mengasingkan seorang tahanan politik perempuan bersama seorang panglima berusia 50 tahun dan seorang kemenakannya bernama Teungku Nana (15 tahun).

"Sejak saat itulah perhatian begitu besar atas satu makam ini," ujar Haji Dadan, penjaga makam.

Makam Cut Nyak Dien beratap bangunan kayu layaknya makam-makam para pembesar. Konon, kata Dadan, bangunan pelindung ini didatangkan kayunya langsung dari Aceh. Makam Ibu Prabu dikelelilngi para kerabatnya, terutama keluarga yang disebut-sebut merawat Ibu Prabu di sisa hayatnya.

"KH Sanusi beserta istri, serta Siti Khodijah yang selalu setia mendampinginya," kata Dadan menambahkan sambil menunjuk beberapa nisan yang tak jauh dari makam Cut Nyak Dien.

Pemakaman selalu ramai biasanya tiap akhir pekan. Para peziarah, juga tak jarang yang datang dari Aceh dan berbagai wilayah lainnya di Nusantara. Di atas nisan ini, selalu teriring doa di sela-sela tabur bunga kepada sang pahlawan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement