Rabu 11 Nov 2015 06:16 WIB
Hari Pahlawan

Bertamu ke Rumah Pengasingan Cut Nyak Dien

Rumah pengasingan Cut Nyak Dien di Sumedang.
Foto: angga/republika
Rumah pengasingan Cut Nyak Dien di Sumedang.

Suatu hari di satu rumah tak jauh dari Masjid Agung Sumedang, lantunan ayat suci Alquran menggema dari pengajian rutin ibu-ibu warga sekitar. Rumah kecil dan sederhana itu dulu milik kediaman H Ilyas, salah satu tokoh terpandang di Sumedang. Siang di tahun 1906, sesuatu yang menggegerkan terjadi di sana.

Hanya karena seorang perempuan renta, tak sanggup berdiri dan rabun matanya. Pakaiannya lusuh, dan memang hanya itu saja yang melekat di tubuhnya. Samar-samar dari ruang keluarga di kediaman itu, ibu tua berkomentar tentang bunyi lantunan Alquran yang tak sesuai mahrajnya. Ia tidak keluar menghampiri pengajian yang berlangsung di ruang tamu. Ia hanya duduk di selasar ruang keluarga yang hanya berbatas anyaman bambu.

"Bacaan itu salah, aku bisa mendengar jelas kesalahannya," kata dia dalam bahasa yang tak pernah didengar sebelumnya oleh warga setempat.

Perempuan itu kemudian terpandang sesaat membenarkan bunyi yang seharusnya terucap. Ia lantas diketahui pandai mengajar ngaji, dan memang benar perempuan itu hafal seluruh ayat Alquran. Ia kemudian diminta untuk menjadi ustazah di daerah itu. Perempuan itu, kemudian dikenal dengan nama Ibu Prabu, atau kadang dipanggil dengan nama Ibu Suci.

Cerita itu disampaikan H Dadang, pemilik sekaligus penerus rumah sederhana itu. Perempuan tua itu adalah Cut Nyak Dien (1848-1908), salah satu pejuang kemerdekaan dari bumi Rencong, Aceh. Ibu Prabu yang cuma dikenang dari namanya. Tak banyak yang mengenal siapa wanita itu sebenarnya. Cut Nyak Dien hidup dalam pengasingan dan memang asing di Sumedang. Di tanah ini pula, pada 6 November 1908 Cut Nyak Dien menghembuskan napas terakhirnya.

Cut Nyak Dien diasingkan di usianya yang memasuki 58 tahun. Menurut cerita yang didapat Dadang turun temurun, Cut Nyak Dien diasingkan di sini atas permintaan Bupati Sumedang, Pangeran Aria Suria Atmaja. Bupati tidak tega menempatkan wanita itu dalam penjara seperti yang diperintahkan Gubernur Hindia Belanda.

"Ia kemudian menjadi pejuang, pejuang dakwah," tuturnya.

Di halaman rumah tertancap plang "Bekas Rumah Tinggal Cut Nyak Dien". Rumah tinggal Cut Nyak Dien berada di daerah Kaum, Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan. Bangunan ini, kata Dadang, masih mempertahankan bentuk aslinya meski sempat rata dengan tanah pasca gempa Tasik, 2009 silam.

"Ini," ujarnya sembari membawa beberapa perabot lama dalam sepiring putih. Ditunjuknya dua cangkir berwarna merah muda. Dan satu lagi cawan kecil yang ternyata tempat meletakkan beberapa daun Sirih. Dua benda itulah yang selalu menemani hari-hari Ibu Prabu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement