REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang tua pasti sudah akrab dengan kata dongeng. Namun apakah orang tua mempunyai intensitas yang cukup atau terbiasa melakukan kegiatan mendongeng bagi anak-anak mereka?
Kurangnya intensitas orang tua untuk mendongeng mungkin disebabkan oleh runitinas pekerjaan. Bahkan mungkin juga karena orang tua belum memahami manfaat mendongeng.
Kemajuan teknologi saat ini juga memudahkan anak-anak dalam mendapatkan dan mencari informasi di dunia maya, terkadang sering kali tanpa pengawasan dari orangtua. Ini yang menyebabkan anak-anak menelan mentah-mentah informasi tersebut tanpa mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai berbagai informasi. Dampak lainnya adalah meregangkan hubungan dan kehangatan di dalam keluarga.
Dongeng memiliki dampak positif baik bagi anak maupun orang tua. Selain dapat mempererat hubungan orang tua dan anak, dongeng dapat menjadi media yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan dan kebiasaan baik, termasuk mengenai nutrisi dan hidup sehat.
"Dongeng bisa memberikan pelajaran dan wawasan yang dibutuhkan anak dengan cara yang menyenangkan," ujar ketua penyelenggara Festival Dongeng Internasional, Ariyo Zidni, baru-baru ini.
Dongeng harus disesuaikan dengan usia anak sehingga anak menyerap maksud dan nilai dari isi dongeng. "Selain memperkuat hubungan emosional antara orang tua dan anak, makna dalam cerita yang disampaikan akan dapat diterima dan diserap lebih baik oleh anak," kata dia.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa mendongeng kepada anak menimbulkan efek positif dalam perkembangannya. Anak-anak yang dibacakan cerita dengan cara yang menarik dan interaktif memiliki perbendaharaan kata yang lebih kaya kemampuan narasi dan ingatan yang lebih baik dan kecerdasan emosi yang lebih mendalam.
Minat baca anak juga dapat ditumbuhkan dengan cara ini. Semua kemampuan tersebut tentunya akan sangat bermanfaat di masa dewasa mereka nanti.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
