Sabtu 31 Oct 2015 08:12 WIB

Sesuaikan Usia Anak dengan Dongeng yang Disampaikan

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Ibu dan anak
Foto: Republika/Prayogi
Ibu dan anak

REPUBLIKA.CO.ID, Minimnya waktu orang tua untuk mendongengkan anaknya sangat disayangkan oleh Komunitas Ayo Dongeng. Menurut Ariyo Zidni dari komunitas tersebut, sebaiknya orang tua jangan cari waktu luang untuk dongeng, tapi luangkan waktu untuk dongeng.

“Kalau luangkan waktu itu sudah berjanji dan harus ditepati,” ujarnya dalam acara takshow Festival Dongeng Internasional Indonesi (FDII), di Jakarta.

Ariyo menyarankan agar orang tua memilih cerita yang kita sendiri suka. Kalau kita suka ceritanya pasti akan bagus disampaikan. Tidak harus terbentur dengan satu nilai moral tertentu, setiap cerita pasti ada nilai baik, jadi sampaikan saja.

Selain itu, menurutnya, dongeng harus disesuaikan dengan usia anak. Untuk menyampaikan dongeng, ada jangka waktu anak memperhatikan sesuatu. Dan ini juga berpengaruh pada durasi.

Kalau untuk memulai dongeng, menurut Ariyo itu bisa kapan saja. Setiap usia anak punya ketertarikan terhadap cerita tertentu, kalau untuk memulai sebenarnya tidak ada kata terlambat, bisa kapanpun. Walaupun memang baiknya sebelum anak itu lahir, jadi minggu ke-25 atau bulan ke 7, 8 atau 9 kehamilan.

Untuk pilihan cerita, untuk anak balita, usia belum SD, pilih cerita yang sederhana. Misalnya cerita tentang makan, makannya apa, makan sayur bagaimana, makan buah bagaimana. Pilih cerita atau hal-hal yang dekat dengan mereka. Selain itu bisa cerita tentang binatang, bisa juga cerita personifiksi yaitu menceritakan benda yang tidak hidup menjadi hidup. Menurutnya, cerita bisa tentang apapun, tema apapun bisa disampaikan.

“Anak usia ini kalau ngomongin dosa masih jauh masih imajinatif. Cerita saja tentang sayuran. Tapi jangan langsung cerita ke anak sayuran ini sehat lho, tapi gunakan cara mendongeng dengan tokoh kelinci. Kelincinya ngomong, ini kita ada wortel kamu mau tidak. Katakan pula ke anak tahu tidak kenapa kelinci kalau lompat tidak pernah jatuh atau salah injak, karena matanya kuat banget dan dari situ anak bisa paham pentingnya makan sayur,” paparnya.

Untuk usia SD ke atas, jenis ceritanya beda lagi, mereka sudah bisa diberikan cerita rakyat. Untuk usia SMP, berikan anak cerita petualangan juga cerita romansa. Di usia ini cerita rakyat juga masih masuk. Lalu bagaimana dengan usia SMA atau diatasnya? Menurutnya, di usia ini sudah masuk cerita motivasi ataupun inspirasi. “Makin besar anak, makin punya pilihan cerita,” tambahnya.

Mengapa dongeng harus disesuaikan dengan usia anak? Menurutnya ini karena alasan psikologis, pengalaman pemahanan terhadap dunia, kebutuhan akan pengetahuan anak jika masih kecil belum belajar macam-macam atau kenal macam-macam, jadi dia ketika melihat apapun, dianggap hal yang luar biasa.

Untuk cerita butuh waktu lima sampai 10 menit saja sudah cukup. Waktu yang paling tepat sebelum tidur saat anak-anak dan orang tua tidak memikirkan apapun. Jadi ketika dimasukkan cerita akan lebih menyerap. Lakukan dongeng rutin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement