REPUBLIKA.CO.ID, Di Indonesia, jumlah bayi yang memiliki berat badan rendah di bawah 2,5 kilogram ketika lahir tidak sedikit. Bahkan berdasarkan data dari WHO, angka kelahiran Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia merupakan yang terbesar kesembilan di dunia yaitu 15,5 persen dari setiap kelahiran bayi setiap tahunnya.
BBLR ini harus mendapatkan perawatan khusus. Jika kondisinya masih rawan, BBLR harus dirawat di NICU rumah sakit dengan inkubator dan berbagai alat untuk membantunya bertahan hidup.
Di dalam inkubator, BBLR hanya menggunakan popok dan penututp mata. Tidak memakai pakaian selembar pun. Menurut Dokter Neonatologis RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Dr dr Rinawati Rohsiswatmo, SpA(K), popok yang digunakan ini haruslah yang berukuran sesuai dengan berat badan serta usia bayi.
Sebab jika popok yang digunakan kebesaran,tentu akan berbahaya. Misalnya popoknya kebesaran sehingga menutupi tali pusat. Ini tidak boleh, karena tali pusat tidak boleh ditutupi agar lebih cepat kering dan puput.
Popok yang kebesaran juga membuat dinding dada tertutup. Sehingga sulit dipantau apakah bayi tersebut masih bernafas atau tidak. Bahaya jika dia sesak tidak terlihat. Dan jika tidak tertolong segera, akan berbahaya.
Selain itu, bayi yang menggunakan popok kebesaran juga akan membuat posisi kaki anak tidak benar. “Bahaya kalau besar jalan sudah kayak robot,” ujarnya.