Selasa 15 Jul 2025 16:16 WIB

Gen Z Lebih Percaya Saran Kesehatan dari Medsos Ketimbang Dokter?

Survei menyebut sepertiga dari Gen Z membuat keputusan medis dari saran influencer.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Gen Z bermain gadget (ilustrasi). Survei menunjukkan hampir separuh generasi muda kini lebih mempercayai saran kesehatan dari media sosial ketimbang dokter.
Foto: Republika/Mardiah
Gen Z bermain gadget (ilustrasi). Survei menunjukkan hampir separuh generasi muda kini lebih mempercayai saran kesehatan dari media sosial ketimbang dokter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hampir separuh generasi muda kini lebih mempercayai saran kesehatan dari media sosial ketimbang dokter. Temuan ini diungkap dalam survei global terbaru oleh firma komunikasi Edelman yang menyasar responden berusia 18 hingga 34 tahun dari 16 negara.

Hasilnya, sebanyak 45 persen responden mengaku lebih mengandalkan saran dari teman atau keluarga. Lalu 38 persen lainnya menyatakan lebih mempercayai informasi kesehatan dari media sosial dibandingkan tenaga medis profesional.

Baca Juga

Chief Technology Officer di DRSONO Medical, dr Charles Carlsen, mengatakan tren ini semakin terasa di lapangan. la mengaku sering menemui pasien muda yang lebih dulu mencari informasi di media sosial sebelum memutuskan untuk berkonsultasi langsung.

"Kami melihat dengan jelas bahwa generasi muda lebih percaya TikTok atau grup WhatsApp daripada menghubungi dokter," kata dia seperti dilansir laman Newsweek, Selasa (15/7/2025).

Survei ini juga mengungkap bahwa sepertiga dari Gen Z telah membuat keputusan medis berdasarkan saran dari influencer yang tidak memiliki latar belakang medis. Dibandingkan generasi yang lebih tua, mereka dua kali lebih mudah terpengaruh oleh konten dari influencer.

Hal ini juga diamini oleh dr Olalekan Otulana, seorang dokter umum di Inggris. la menyatakan tak sedikit pasien datang ke klinik dengan opini yang sudah terbentuk akibat konten yang mereka lihat di media sosial.

"Pergeseran ini bukan hal yang mengejutkan mengingat besarnya paparan informasi yang dihadapi generasi muda setiap hari," kata dr Otulana.

Platform seperti TikTok memang telah menjadi ruang berbagi informasi kesehatan, baik oleh profesional medis maupun oleh pengguna biasa. Tagar seperti #medicaladvice dan #healthtok masing-masing telah digunakan puluhan ribu kali. Namun, tidak semua konten yang beredar dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Dr Carlsen memperingatkan bahwa ketergantungan pada media sosial untuk saran medis dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. la mengaku pernah menangani pasien yang menunda pengobatan karena informasi salah dari internet.

"Ada yang percaya bahwa gejalanya normal karena membaca komentar netizen, padahal kondisinya membutuhkan penanganan segera," ujarnya.

Meski banyak menyesatkan, namun menurutnya, platform seperti TikTok harus dirangkul. Dr Carlsen merekomendasikan tenaga medis untuk lebih aktif di media sosial guna membangun kepercayaan di kalangan gen Z serta membantu mereka memilah informasi dengan kritis.

"Kedokteran memang tidak sempurna, tapi ini adalah pertahanan terbaik untuk melawan konten kesehatan yang menyesatkan. Silakan cari info di media sosial, tapi untuk hal yang menyangkut hidup dan mati, berkonsultasilah dengan seseorang yang pernah kuliah kedokteran," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement