Senin 10 Aug 2015 08:50 WIB

Pola Pengasuhan Helikopter, Fenomena yang Baik Atau Buruk?

Ibu dan anaknya
Foto: wikipedia
Ibu dan anaknya

REPUBLIKA.CO.ID, Pola pengasuhan helikopter ternyata menimbulkan generasi yang sedikit-sedikit pergi ke terapi anak. Membawa mereka ke spesialis ketika ditemukan sedikit kesulitan ketimbang mengajarkan anak bertahan dalam kehidupan, merupakan ciri pola pengasuhan helikopter.

Psikolog klinis dan peneliti Judith Locke mengidentifikasi kelompok baru anak-anak yang menjalani terapi. Mereka diciptakan orang tua yang menginginkan anaknya bahagia. Fenomena ini disebutny 'Overparenting' dan muncul selama 15 tahun ke belakang. 

Dikutip dari Sydney Morning Herald, orang tua ini selalu berusaha menyelesaikan masalah anak-anaknya menjangkarkan mimpi yang sulit direalisasikan oleh potensi anak. Ketika orang tua dihadapi dengan kekurangan anak mereka lalu mencari diagnosa medisnya.

"Anak yang melankolis lalu dilabel depresi. Ketakutan dilabel kecemasan berlebih. Pertengkaran yang wajar antaranak disebut bullying," ujar Locke. "Banyak orang tua yang memberi label anak yang sedang kesulitan sebagai isu kesehatan mental."

Lebih dari 90 persen dari 130 konselor sekolah dan psikolog yang diwawancari Locke untuk kebutuhan kandidar doktornya tentang 'Overparenting' mengatakan menemui fenomena pola pengasuhan helikopter. Lebih dari seperempatnya melihat banyak contoh dari fenomena ini. 

Locke mengatakan lebih dari 450 anak yang ia survei sebagai bagian dari risetnya, yakni mereka yang menjalani pola pengasuhan 'Overparenting' ini mengaku tidak lebih puas dibanding anak-anak yang diasuh tidak dengan pola helikopter. Locke percaya banyak orang tua menjadi psikolog amatir dalam misi melihat apa yang salah dengan anaknya. 

"Orang tua banyak mencari diagnosa ketimbang melihat alasan yang sangat jelas. Yakni, orang tua mungkin tidak pandai menjalani perannya," kata dia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement