Jumat 07 Aug 2015 16:05 WIB

Daging Unta Halal Diprediksi Jadi Makanan Populer di Australia

Daging unta butuh waktu yang lebih lama saat dimasak agar teksturnya empuk.
Foto: ABC News
Daging unta butuh waktu yang lebih lama saat dimasak agar teksturnya empuk.

REPUBLIKA.CO.ID, Harga unta saat ini disebut 'lebih tinggi dari emas' dan pada akhirnya daging unta akan menjadi santapan populer bagi warga Australia, demikian pendapat warga komunitas Afrika Utara di Australia.

Daging unta sekarang makin banyak dijual di Australia di toko makanan halal kebanyakan dimiliki oleh masyarakat Somalia. Salah satu diantaranya berlokasi di Flemington, sekitar 5 kilometer dari pusat kota Melbourne. Di salah satu jendela toko daging di sana tertulis "daging unta tersedia di sini.'

Toko daging itu bernama Macca Halal Meat dan pemiliknya Abukar Hersi mengatakan daging unta ini merupakan salah satu rahasia makanan enak yang belum banyak diketahui oleh warga Australia. "Ini salah satu daging terbaik yang  bisa kita santap. Dagingnya kaya protein," kata Hersi.

"Sudah banyak warga Australia di luar komunitas Somalia yang datang ke sini, dan bilang 'saya ingin mencoba'. Sudah ada orang dari MasterChef yang membeli dari kami. Jadi ini semakin populer sekarang."

"Saya kira kalau warga Australia sudah menyadarinya, maka kita akan melihat daging unta dijual di setiap toko daging atau supermarket."

Hersi memang berasal dari Somalia dimana ayahnya juga bekerja sebagai tukang daging. Di sana, mereka yang mampu akan membeli daging unta dan meminum susu unta setiap hari. "Dalam budaya Somalia, unta adalah segalanya. harganya lebih mahal dari emas," katanya.

"Ketika hendak menikah, kita harus memberikan unta sebagai emas kawin. Itu jumlahnya bisa mencapai 100 ekor."

"Bila ada keributan, untuk mendamaikan, kita memberikan unta," kata Hersi. Dengan harga satu kilo daging unta 12,99  dolar Australia (sekitar Rp 130 ribu), Hersi menjual sekitar 1 ekor unta selama satu bulan.

Paha unta saja beratnya bisa mencapai 70 kg. "Kami menjual pahanya, punuk, jantung, hati, dan lainnya, semuanya dimanfaatkan," katanya.

"Punggungnya paling enak, karena bagian tubuh ini paling sedikit digunakan oleh unta, jadi lebih lembut," lanjut Hersi.

Seperti komunitas Muslim di bagian dunia lainya, Hersi baru saja disibukkan dengan berbagai permintaan daging unta selama bulan Ramadhan. Selama masa puasa ini, dia membeli empat ekor unta tambahan, yang dipotong di Alice Springs, sebelum dikirim ke berbagai daerah.

Lebih dari 1 juta unta liar diperkirakan berkeliaran di gurun di Australia yang luasnya mencapai 3,3 juta kilometer persegi. Berita bahwa unta-unta liar ini dibunuh di Australia tapi dagingnya tidak dimakan sudah menimbulkan minat dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika, dimana daging unta merupakan makanan yang populer.

"Warga di Timur Tengah melihat Australia membunuh unta dan mereka hampir tidak percaya. Banyak yang tertarik."

Sejauh ini, rumah potong hewan di Alice Springs hanya bisa memotong sekitar 200 unta dalam 12 bulan terakhir. Para pengusaha pengekspor daging di kawasan telah mendesak agar pemerintah mengalihkan dana yang digunakan untuk membunuh unta, digunakan untuk mengsubsidi biaya penangkapan dan pengiriman. Ini disebabkan karena menangkap unta liar memakan biaya tinggi, dan tidak mudah dilakukan.

Dan karena unta ini hidup di alam lair dimana mereka jarang minum, sehingga dagingnya pun berbeda dengan daging unta di tempat lain. "Unta-unta ini tidak ada yang menggembala, dan karena minum air sedikit, dagingnya lebih keras," kata Hersi.

 

sumber : http://australiaplus.com/indonesian/2015-08-07/warga-australia-disarankan-makan-daging-unta-lebih-banyak/1478896
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement