Senin 20 Jul 2015 14:32 WIB

Berat Badan Lahir Pengaruhi Tingkat Risiko Kanker Anak

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Hazliansyah
Kegiatan Melukis Pasien Kanker Anak Dharmais. (Republika/Prayogi)
Kegiatan Melukis Pasien Kanker Anak Dharmais. (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, -- Penelitian inovatif menemukan bahwa bayi yang memiliki berat badan lebih saat lahir memiliki risiko kanker lebih besar.

"Insiden kanker anak meningkat seiring dengan meningkatnya berat badan saat lahir," ucap Direktur Eksekutif George Institute for Global Health, Professor Terry Dwyer seperti dikutip dari ABC Online.  

Sejumlah bukti besar telah disusun dengan melihat kejadian kanker di 380 ribu kelahiran hidup. Dwyer mengatakan, penelitian tersebut telah disesuaikan untuk usia kehamilan dan jenis kelamin. Untuk setiap peningkatan kilogram berat badan lahir, ada peningkatan risiko 26 persen untuk semua kanker.

"Pada anak-anak yang lebih tua (di atas tiga tahun), diagnosis kanker (selain leukemia) berkaitan dengan kelahiran berat badan saat lahir," ucap Dwyer.

 

Kendati demikian, berat badan ibu saat melahirkan bukanlah faktor penyebab. "Tidak ada interaksi signifikan dengan berat badan ibu sebelum ataupun saat melahirkan," kata dia.

Kini di Australia, perempuan yang lebih tua cenderung memiliki berat badan lebih besar saat melahirkan dibandingkan dekade sebelumnya.

Penelitian The Expand yang diterbitkan dalam Pediatri dan Perinatal Epidemiology merupakan penelitian pertama yang mengumpulkan data anak sebelum kanker berkembang.

Para ahli mengatakan hasil tersebut adalah temuan penting, karena sedikit demi sedikit kita dapat mengetahui apa yang menyebabkan terjadinya tumor kecil. "Sekarang kita tahu ada korelasi antara berat lahir dan kanker anak, kita dapat mulai menyelidiki mengapa ada korelasi tersebut," ujar Dwyer.

Ini adalah bukti penting yang mulai membantu mengisi teka-teki tentang kanker anak.

Dwyer adalah salah satu ilmuwan yang menemukan hubungan antara tidur bayi dan peningkatan risiko kematian bayi mendadak (SIDS). Dia aktif mengampanyekan kesehatan masyarakat terutama berkaitan dengan pengurangan jumlah bayi meninggal akibat SIDS.

Para ilmuwan mengatakan temuan baru tersebut merupakan langkah penting untuk mencari tahu apa penyebab kanker anak.

"Sekarang kami juga akan melihat hubungan pengukuran darah bayi untuk menentukan apakah hormon pertumbuhan bisa menjelaskan apa yang kami temukan," ujar Dwyer.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement