Rabu 13 May 2015 18:34 WIB

Efek Samping Insomnia pada Anak

Anak mungkin saja mengidap insomnia atau kesulitan untuk tertidur di malam hari.
Foto: bestwayguides
Anak mungkin saja mengidap insomnia atau kesulitan untuk tertidur di malam hari.

REPUBLIKA.CO.ID, Saat anak-anak tidak mendapatkan cukup tidur (total 12 sampai 14 jam untuk batita; 11 sampai 13 jam untuk anak-anak prasekolah) mereka dapat memiliki penurunan poin IQ setara dengan apa yang biasa terlihat pada anak yang keracunan timbal, menurut sebuah penelitian dari University of Virginia, di Charlottesville.

Dan jika masalah-masalah tidur bertahan selama bertahun-tahun, mereka dapat menganggu kemampuan anak untuk menyelesaikan tugas-tugas yang memerlukan tingkat pemikiran tinggi di kemudian hari, menurut para peneliti di University of Colorado, di Boulder, yang melacak kebiasaan tidur anak kembar.

Dikutip dari www.parentsindonesia.com, tidak benar-benar jelas mengapa otak anak terpengaruh saat anak kehilangan tidur, tetapi penelitian-penelitian mengatakan bahwa kekurangan tidur menyebabkan sel-sel saraf (neuron)  kehilangan kemampuan untuk beradaptasi, kata Judith Owns, MD, penasihat Parents dan director of sleep medicine Children's National Medical Center, di Washington, DC. Dengan kata lain, otak lelah menjadi tidak mampu membentuk koneksi yang dibutuhkan untuk menyimpan pengetahuan baru, ingatan-ingatan, dan keterampilan-keterampilan.

Sebuah penelitian menemukan bahwa anak-anak sekolah dasar yang kehilangan hanya satu jam tidur tiga malam berturut-turut berada dua tahun di bawah kelas mereka sebenarnya pada tes akademik. Terlebih lagi, semakin banyak bukti menyatakan bahwa kurang tidur adalah salah satu penyebab di balik epidemi obesitas, kemungkinan besar karena tidur memainkan peran penting dalam mengatur hormon yang menentukan nafsu makan.

Dalam satu penelitian di Kanada, anak-anak antara usia 2 dan 6 yang tidur kurang dari sepuluh jam lebih berisiko empat kali lebih besar untuk mengalami kelebihan berat badan atau obesitas dibandingkan anak-anak yang secara konsisten mendapat 11 jam tidur malam. Penelitian pada orang dewasa juga menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan risiko jangka panjang untuk menderita jantung koroner karena kurang tidur, yang menurut Dr. Owens, bisa juga menimpa anak.

Jumlah anak-anak yang memiliki risiko efek samping ini mungkin lebih besar dari perkiraan 20 hingga 30 persen dari anak-anak yang menderita insomnia, kata Sarah Honaker, PhD, spesialis perilaku tidur di University of Louisville School of Medicine. Apalagi, orang tua lebih mampu mengenali kapan dirinya lelah daripada saat anaknya lelah. Dan anak-anak yang mengalami kelelahan sering menjadi hiperaktif sehingga lebih sulit untuk mengetahui masalah yang sebenarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement