Jumat 17 Apr 2015 14:26 WIB

Tanya Jawab Seputar Persalinan Sesar

Bayi baru lahir/ilustrasi
Foto: sheknows.com
Bayi baru lahir/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Saat pilihan melahirkan akhirnya jatuh pada operasi sesar, berbagai pertanyaan mungkin berkecamuk dalam benak Anda. Jangan risau, kami punya jawabannya.

Semua calon ibu, terutama yang baru pertama kali akan menjadi ibu pasti menginginkan persalinannya berjalan dengan lancar. Melahirkan normal dengan bayi sehat dan ibu cepat pulih, menjadi pemikiran ideal setiap ibu. Namun tidak semua ibu bisa mendapatkan kesempatan untuk melahirkan normal.

Rosa, 38 tahun, misalnya. Ibu baru ini justru disarankan dokter untuk melakukan operasi sesar. Pertimbangan usia dan riwayat kesehatan ibu satu anak ini yang membuat sesar (sesar) menjadi pilihan untuk bersalin. Jika beribu pertanyaan menjadi tanda tanya di kepala Anda, temukan jawabannya di sini, dikutip dari www.parentsindonesia.com.

T: Benarkah stres meningkatkan kemungkinan menjalani operasi sesar?

J: Seorang peneliti dari Faculty of Health and Society, Malmö University Swedia, Anne-Marie Wangel melakukan penelitian terhadap 6.467 perempuan di Malmö. “Studi kami menunjukkan adanya peningkatan risiko menjalani operasi sesar darurat yang signifikan pada calon ibu pertama kali. Ini terjadi jika ibu mengalami stress, ketakutan, atau sulit tidur saat hamil,” jelasnya. Wangel kini sedang mencari metode perawatan saat hamil yang bisa mengenali masalah mental secara sistematis saat kehamilan demi mengurangi peningkatan angka operasi sesar darurat.

T: Mengapa ada bekas jahitan sesar yang menjadi luka atau bernanah?

J: Pasca pemulihan persalinan dengan sesar memang memakan waktu lebih lama daripada melahirkan normal. Ibu juga berpeluang mengalami infeksi pasca lahir. Menurut Dr. Ifzal Asril, SpOG, spesialis kebidanan dan kandungan RSIA Hermina, Jatinegara, Jakarta, jika bekas sesar sampai bernanah, berarti terjadi infeksi dari dalam.

“Infeksi dari dalam ini terjadi mulai dari rongga perut, lapisan kulit subfascia, subkutis atau kutis. Luka operasi yang tidak steril atau terkontaminasi kumanlah yang menyebabkan terjadinya nanah,” jelasnya. Dokter biasanya akan membersihkan bekas operasi yang luka tersebut dengan cairan antiseptik. “Bila terdapat jaringan yang menjadi sumber infeksi, dokter akan melakukan eksisi (tindakan bedah untuk membuang jaringan) atau bila perlu dilakukan operasi ulang.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement